Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hujan Menjadi Bencana: Refleksi atas Kesiapan Mitigasi dan Adaptasi

3 Februari 2025   05:43 Diperbarui: 3 Februari 2025   05:43 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: regional.inews.com

Dampak sosial juga tidak bisa diabaikan. Hujan ekstrem yang menyebabkan bencana sering kali memaksa ribuan orang mengungsi ke tempat yang lebih aman. Di pengungsian, mereka harus menghadapi kondisi yang tidak nyaman, keterbatasan logistik, serta risiko penyebaran penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan demam berdarah. Selain itu, anak-anak yang tinggal di daerah terdampak mengalami gangguan dalam pendidikan karena sekolah yang tergenang air atau akses ke pendidikan yang terputus. Masyarakat yang kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian pun mengalami tekanan psikologis, seperti stres dan trauma akibat kehilangan anggota keluarga serta ketidakpastian masa depan.

Input gambar: regional.inews.com
Input gambar: regional.inews.com
Kesiapan Mitigasi dan Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Menghadapi meningkatnya intensitas hujan ekstrem dan dampak yang ditimbulkannya, kesiapan dalam mitigasi dan adaptasi menjadi kunci utama untuk mengurangi risiko bencana serta menjaga stabilitas sosial dan ekonomi. Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi faktor penyebab atau dampak dari perubahan iklim, sementara adaptasi adalah langkah penyesuaian terhadap kondisi lingkungan yang berubah. Salah satu langkah mitigasi yang sangat diperlukan adalah perbaikan sistem drainase di perkotaan dan daerah rawan banjir. Banyak kota di Indonesia yang masih menghadapi masalah drainase buruk, sehingga air hujan tidak dapat mengalir dengan baik dan menyebabkan genangan yang berujung pada banjir. Selain itu, normalisasi sungai dan pengerukan sedimen di waduk serta saluran air harus dilakukan secara rutin untuk memastikan aliran air tetap lancar dan tidak meluap saat curah hujan tinggi. Pembangunan tanggul dan sistem pengelolaan air terpadu juga menjadi langkah penting dalam mengantisipasi banjir.

Di sisi lain, adaptasi terhadap perubahan iklim juga harus ditingkatkan, terutama dalam perencanaan tata ruang wilayah. Pembangunan yang tidak mempertimbangkan aspek lingkungan sering kali memperburuk dampak hujan ekstrem, seperti alih fungsi lahan hijau menjadi kawasan permukiman tanpa sistem drainase yang memadai. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan harus lebih ramah lingkungan, dengan mempertahankan daerah resapan air dan mengembangkan konsep kota berkelanjutan. Masyarakat juga harus didorong untuk berpartisipasi dalam upaya adaptasi, seperti dengan melakukan penghijauan, menggunakan teknologi ramah lingkungan, dan tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menyumbat saluran air.

Selain itu, sistem peringatan dini terhadap potensi bencana akibat hujan ekstrem perlu diperkuat. Penggunaan teknologi dalam mendeteksi cuaca dan curah hujan tinggi dapat membantu memberikan informasi lebih cepat kepada masyarakat, sehingga mereka dapat melakukan langkah antisipasi lebih awal. Pemerintah dan lembaga terkait harus bekerja sama dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara menghadapi bencana, seperti evakuasi mandiri, penyediaan cadangan logistik, serta pemanfaatan teknologi dalam monitoring kondisi cuaca. Sosialisasi melalui media sosial, aplikasi peringatan bencana, serta pelatihan kesiapsiagaan bencana di tingkat komunitas akan sangat membantu dalam meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat.

Lebih jauh, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat dalam menciptakan kebijakan yang mendukung mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Regulasi yang lebih ketat dalam pengelolaan lingkungan, insentif bagi industri yang menerapkan praktik ramah lingkungan, serta penelitian dan inovasi dalam pengelolaan air dan tanah dapat menjadi langkah maju dalam mengurangi risiko bencana akibat hujan ekstrem. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan masyarakat tidak hanya lebih siap menghadapi dampak perubahan iklim, tetapi juga mampu beradaptasi secara berkelanjutan untuk masa depan yang lebih aman dan stabil.

Butuh Sinergi Bersama

Kesadaran akan risiko bencana akibat hujan ekstrem harus ditingkatkan di semua lapisan masyarakat agar tindakan nyata dapat segera dilakukan untuk mengurangi dampaknya. Setiap individu memiliki peran dalam menjaga lingkungan, seperti tidak membuang sampah sembarangan yang dapat menyumbat drainase, menanam pohon sebagai daerah resapan air, serta ikut serta dalam program mitigasi bencana yang diadakan oleh pemerintah atau komunitas lokal.

Selain itu, penting bagi masyarakat untuk memahami prosedur evakuasi dan kesiapsiagaan menghadapi banjir atau tanah longsor agar dapat bertindak cepat saat bencana terjadi. Pemerintah juga harus lebih aktif dalam mengedukasi warga melalui sosialisasi, simulasi bencana, serta penyebaran informasi cuaca yang lebih akurat dan mudah diakses. Dengan meningkatkan kesadaran dan menerapkan langkah konkret, kita dapat memperkecil risiko bencana dan menciptakan lingkungan yang lebih aman serta berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Oleh karena itu, dalam upaya menghadapi hujan ekstrem yang semakin sering terjadi, kesiapsiagaan dan kepedulian bersama menjadi kunci dalam mengurangi dampak bencana. Mitigasi yang baik, adaptasi yang tepat, serta kesadaran individu dan pemerintah dalam menjaga lingkungan akan membantu mencegah risiko yang lebih besar. Dengan tindakan nyata dan kerja sama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi semua.(*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun