Kedua, pendidikan berbasis menuntun dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung, di mana siswa merasa dihargai, diterima, dan dipahami. Hal ini mengurangi rasa cemas dan stres yang sering muncul akibat tekanan untuk memenuhi ekspektasi tertentu.
 Dalam proses ini, guru berperan sebagai pemandu yang memberikan arahan dan motivasi, namun tetap memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih jalan mereka sendiri dalam proses pembelajaran.
Ketiga, pendidikan berbasis menuntun memungkinkan siswa untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih mandiri, kreatif, dan memiliki kesiapan yang lebih baik untuk menghadapi tantangan di dunia nyata, dengan kesiapan mental dan emosional yang lebih kuat.
Selain itu, pendidikan yang menuntun juga memperkuat kesiapan mental dan emosional siswa, membekali mereka dengan ketangguhan dan kemampuan untuk beradaptasi dalam berbagai situasi.
Tantangan dan Solusi dalam Implementasi
Implementasi pendidikan berbasis bimbingan yang menuntun, bukan menuntut, dihadapkan pada berbagai tantangan yang cukup kompleks. Salah satu tantangan terbesar adalah sistem pendidikan yang masih terlalu fokus pada hasil akhir, seperti nilai ujian dan standar akademik yang ketat.Â
Dalam banyak sistem pendidikan tradisional, tekanan untuk mencapai angka atau skor tertentu sering kali mendominasi, mengabaikan proses pembelajaran yang seharusnya berorientasi pada perkembangan diri siswa.
Hal ini menciptakan ketegangan antara kebutuhan untuk memenuhi ekspektasi eksternal dan kebebasan siswa untuk mengeksplorasi minat serta bakat mereka sendiri. Selain itu, guru yang belum sepenuhnya siap dengan pendekatan berbasis bimbingan juga menjadi kendala.Â
Banyak guru yang masih terjebak dalam pola pengajaran yang mengutamakan instruksi satu arah, tanpa memberi ruang bagi siswa untuk berpikir kritis dan mandiri.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa solusi dapat diterapkan. Pertama, diperlukan reformasi kurikulum yang lebih menekankan pada pengembangan keterampilan holistik, bukan hanya pencapaian akademik semata.Â
Kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada proses belajar, seperti mengintegrasikan proyek-proyek kreatif, diskusi kelompok, dan pembelajaran berbasis masalah, dapat memberikan lebih banyak kebebasan bagi siswa untuk bereksplorasi.