Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Adakah Perpeloncoan di Kampus? Potret Masa Orientasi Mahasiswa di Era Modern

2 November 2024   05:00 Diperbarui: 2 November 2024   05:39 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MASIH ADAKAH PERPELONCOAN DI KAMPUS? POTRET MASA ORIENTASI MAHASISWA DI ERA MODERN

* Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Masa orientasi mahasiswa merupakan tradisi penting bagi para pendatang baru di dunia kampus, bertujuan memperkenalkan lingkungan akademik, budaya, dan kehidupan sosial di universitas. Namun, praktik ini sering kali disertai dengan perpeloncoan atau kekerasan simbolis yang masih menjadi isu kontroversial di beberapa kampus. Meskipun berbagai universitas telah berupaya menghapuskan perpeloncoan dan menggantinya dengan program yang lebih inklusif dan mendidik.

Baru-baru ini jagat media sosial diramaikan oleh sebuah video singkat yang memperlihatkan suasana tegang selama kegiatan Masa Bimbingan (MABIM) di kampus Politeknik Negeri Kupang pada Senin, 28 Oktober 2024. Dalam video viral itu terlihat beberapa mahasiswa sedang duduk dan tiarap dan tampak seorang mahasiswi senior terdengar membentak-bentak mahasiswa baru tersebut dengan mengeluarkan kalimat "Masa kalian berbeda dengan masa kami yang dulu bahkan disuruh minum oli."  

Hal tersebut sontak memunculkan berbagai komentar mempertanyakan metode bimbingan serta pendekatan "pendisiplinan" yang terkesan tidak masuk akal. Muncul pertanyaan: masih adakah perpeloncoan di kampus saat ini? Di era modern ini, penting untuk menelaah kembali potret masa orientasi dan melihat sejauh mana perubahan telah diterapkan demi terciptanya lingkungan yang aman dan suportif bagi mahasiswa baru.

Input sumber gambar: timorexotic.com
Input sumber gambar: timorexotic.com
Latar Belakang Sejarah Perpeloncoan di Kampus

Perpeloncoan di kampus memiliki akar sejarah yang panjang, berawal dari tradisi pengenalan mahasiswa baru oleh senior sebagai bentuk pembinaan dan integrasi ke dalam kehidupan kampus. Di masa lalu, perpeloncoan dianggap sebagai cara efektif untuk membentuk ketahanan mental, membangun solidaritas, dan menumbuhkan rasa hormat terhadap senior. Praktik ini muncul di berbagai kampus di dunia dan kerap disertai aktivitas fisik atau mental yang menantang, bahkan menekan.

Namun, seiring waktu, perpeloncoan mengalami distorsi, berubah dari sekadar tantangan menjadi bentuk intimidasi dan pelecehan yang merugikan. Di Indonesia, perpeloncoan mulai mendapat sorotan lebih tajam pada era 2000-an ketika dampak negatifnya terhadap mahasiswa baru menjadi perhatian publik. Transformasi ini mendorong banyak kampus untuk mengevaluasi kembali kegiatan orientasi agar tidak melanggengkan kekerasan simbolis atau fisik, tetapi tetap mencapai tujuan orientasi yang aman dan mendukung bagi seluruh mahasiswa.

Perubahan Pendekatan Orientasi Mahasiswa di Era Modern

Di era modern, pendekatan orientasi mahasiswa mengalami perubahan signifikan, terutama dalam upaya menghilangkan unsur perpeloncoan yang dianggap ketinggalan zaman dan merugikan. Banyak kampus kini mulai menerapkan program orientasi berbasis pendidikan dan inklusi, yang dirancang untuk mendukung adaptasi mahasiswa baru secara positif tanpa tekanan atau intimidasi. Misalnya, sejumlah universitas telah mengganti kegiatan perpeloncoan dengan lokakarya, seminar motivasi, dan pelatihan keterampilan yang relevan dengan dunia perkuliahan. Pendekatan ini tidak hanya membantu mahasiswa baru memahami budaya akademik kampus, tetapi juga memberi mereka bekal keterampilan sosial dan profesional yang bermanfaat.

Selain itu, perkembangan teknologi turut mengubah cara orientasi dilakukan; beberapa kampus memanfaatkan platform digital untuk memberikan pengenalan online yang memungkinkan mahasiswa mengenal kampus mereka tanpa harus bertemu langsung, meminimalisasi potensi tindakan kekerasan. Di sisi lain, kebijakan yang lebih tegas juga diterapkan, dengan aturan yang melarang keras segala bentuk perpeloncoan dan sanksi yang jelas bagi pelanggar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun