Kedua elemen ini penting untuk mencegah praktik-praktik tidak etis seperti nepotisme dan favoritisme, serta untuk memastikan bahwa hanya individu yang benar-benar memenuhi syarat yang diangkat sebagai guru besar. Implementasi transparansi dan akuntabilitas akan meningkatkan kepercayaan di kalangan dosen dan mahasiswa serta memperkuat reputasi institusi pendidikan.
Kedua, politik kampus. Hal ini sering kali menjadi faktor yang memperkeruh proses pengangkatan guru besar, menciptakan polemik yang merugikan lingkungan akademik. Pengaruh politik ini bisa datang dari berbagai arah, termasuk kelompok kepentingan internal dan eksternal yang memiliki agenda tersendiri.
Dalam beberapa kasus, keputusan pengangkatan guru besar tidak didasarkan pada kompetensi atau prestasi akademik, melainkan pada afiliasi politik atau kedekatan personal dengan pihak berpengaruh. Hal ini mengakibatkan proses seleksi yang tidak adil dan mengorbankan kualitas akademik.
Oleh karena itu, penting untuk memisahkan pengaruh politik dari proses akademik guna memastikan bahwa pengangkatan guru besar dilakukan secara objektif dan berdasarkan meritokrasi.
Ketiga, kualitas dan kuantitas. Dalam proses pengangkatan guru besar, isu kualitas dan kuantitas sering kali menjadi sumber polemik yang signifikan. Beberapa institusi pendidikan menghadapi tekanan untuk meningkatkan jumlah guru besar dengan cepat, terkadang tanpa mempertimbangkan standar kualitas yang seharusnya. Akibatnya, proses seleksi mungkin menjadi lebih longgar, dan individu yang tidak sepenuhnya memenuhi kriteria kualitas akademik dapat diangkat sebagai guru besar.
Di sisi lain, ada juga argumen yang mendukung bahwa penekanan berlebihan pada kuantitas dapat mengorbankan kualitas pendidikan dan penelitian. Guru besar yang diangkat tanpa memenuhi standar tinggi dapat berdampak negatif pada kualitas pengajaran, penelitian, dan reputasi institusi secara keseluruhan.
Oleh karena itu, setiap guru besar yang diangkat tidak hanya memenuhi persyaratan kuantitatif tetapi juga memiliki kemampuan dan komitmen untuk berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan akademik dan pendidikan tinggi.
Dampak Polemik Guru Besar
Polemik dalam proses pengangkatan guru besar memiliki dampak yang luas dan mendalam, baik terhadap dunia kampus maupun masyarakat luas. Di dalam kampus, polemik ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat, di mana ketidakpuasan dan ketidakpercayaan berkembang di antara dosen dan staf.
Ketidakjelasan dan ketidakadilan dalam proses pengangkatan dapat menurunkan semangat dan motivasi dosen yang merasa bahwa usaha dan prestasi mereka tidak dihargai dengan semestinya. Hal ini juga bisa menghambat kolaborasi antar fakultas, karena persaingan yang tidak sehat dan rasa curiga semakin menguat. Akibatnya, kualitas pengajaran dan penelitian dapat menurun, yang pada gilirannya berdampak negatif pada mahasiswa dan kualitas pendidikan yang mereka terima.
Selain itu, polemik ini juga merusak reputasi institusi pendidikan di mata masyarakat dan dunia internasional. Kepercayaan publik terhadap integritas dan kredibilitas universitas dapat tergoyahkan ketika polemik mengenai pengangkatan guru besar terus mencuat.