DUKA YANG MENYULAM HARU
(Mengenang sosok seorang sahabat guru yang meninggal semalam)Â
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Sang waktu terus saja berjalan
Bawa kegelapan pada malam sunyi
Menenggelamkan segala harapan
Bersama dingin yang merapap perlahan
Menghampiri tubuh yang sendiri
Sembilan hari ragamu bertahan
Diam membisu karena ganas derita
Ditemani selang-selang medis
Yang berdenting menampilkan angka-angka
Yang bergantian naik dan turun
Membuat tak sanggup melihat keadaanmu
Enam Juni Dua Ribu Empat
Maut datang mengajakmu pergi
Mengambilmu dari hadapan kami
Sebab derita sakit seakan kuat melumat
Hingga menghentikan langkahmu kini
Sepi memeluk, merentangkan duka
Tangis haru mulai mengemuka
Di tiap tetesan air mata yang jatuh
Dari semua yang pernah mengenalmu
Entah sesaat waktu atau telah lamawaktu
Ada kenangan mengalir bersama airmata
Benang kehidupan yang kau sulam
Telah rapuh oleh jejak kematian
Dalam serpihan haru membentang
Kami hanya bisa merenung diri
Mengapa secepat ini kau berlalu
Tiada lagi ada senyuman darimu
Tiada lagi sapaan rindu kehadiran dirimu
dalam ruang-ruang kebersamaan kita
Bercerita dan tertawa bersama
Duka hadir seperti kilatan cahaya
Menyelinap di antara bayang-bayang kelam
Dari balik kegelapan malam menyapa
Duka mengukir haru di tengah malam
Setiap angan dan impian bersama
Terjalin dalam cahaya yang tak pudar
Terbingkai kenangan dalam keindahan
Haru kami mengantar ragamu pada kedamaian abadi
Dan perjalanan jiwa menuju cahaya yang hakiki
Rote Ndao, 07 Juli 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H