REFLEKSI PEMUNGUTAN SUARA 2024Â
"ANTARA TINTA DI JARI DAN CINTA DI HATI"
*Oleh : Salmun Ndun,S.Pd. Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain -- Rote Ndao
Tahapan pemungutan suara pemilu 2024 telah di gelar, tepatnya Rabu, 14 Februari 2024. Jadwal pelaksaaan pemungutan suara bertepatan pula dengan momentum hari kasih sayang. Perpaduan antara momen "tinta di jari dan cinta di hati" menciptakan simbolisme yang kuat. Tinta di jari memberikan kesan nyata dari keterlibatan langsung, sementara cinta di hati memberikan energi spiritual yang mendorong individu untuk bertindak demi kebaikan bersama.Â
Saat keduanya bersatu dalam pemungutan suara, itu tidak hanya menjadi tindakan individual, tetapi juga pernyataan kolektif dari kesatuan dalam keberagaman, dan harapan bersama untuk masa depan yang lebih baik. Tinta di jari merupakan simbol fisik dari keterlibatan langsung dalam proses demokrasi. Saat seseorang mencelupkan jarinya ke dalam tinta, itu adalah tindakan nyata yang menandakan kontribusi mereka dalam menentukan arah negara atau komunitas mereka. Cinta di hati adalah kecintaan pada prinsip-prinsip demokrasi, nilai-nilai kemanusiaan, dan perjuangan untuk keadilan. Saat seseorang memberikan suaranya, itu adalah ungkapan dari cinta dan tanggung jawab terhadap masyarakatnya.
Pemungutan suara merupakan momen puncak dan penting dalam kehidupan demokrasi sebuah negara. Semua warga negara berkumpul pada titik lokasi tempat pemungutan suara (TPS) untuk melaksanakan hak suara mereka dengan penuh semangat dan antusiasme. Suasana di tempat pemungutan suara dipenuhi dengan energi yang positif, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya berkumpul dengan tujuan yang sama yakni memilih pemimpin mereka dan menentukan arah masa depan negara.Â
Pesta pemungutan suara tidak hanya menjadi ajang untuk mengekspresikan hak demokratis, tetapi juga menjadi titik pertemuan masyarakat yang memperkuat solidaritas dan persatuan di antara mereka. Di tengah-tengah riuhnya pesta demokrasi, terdapat suasana kebersamaan dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Semua orang berbagi kegembiraan serta melakukan berbagai perhitungan analisa hasil pemungutan suara menurut pandangan subjektifnya dari berbagai sudut pandang.
Hal penting pasca pemungutan suara ini perlu untuk diperhatikan. Setiap tindakan dari merawat tinta di jari menjadi bukti partisipasi dan mengikuti perkembangan hasil pemilihan. Pasca pemilihan adalah saat di mana perbedaan politik harus ditempuh melalui dialog dan kerja sama, membangun jembatan di antara pemilih dengan pandangan politik yang beragam.Â
Dengan menjaga rasa hormat terhadap hasil pemilihan, masyarakat dapat bekerja bersama untuk mewujudkan visi bersama yang mencerminkan kebutuhan dan aspirasi politiknya dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi yang sehat. Selain itu, setelah pemungutan suara selesai, penting bagi seluruh warga negara untuk tetap tenang dan damai menghormati hasil yang diumumkan. Dengan demikian, pemungutan suara bukanlah akhir dari perjalanan demokrasi, tetapi awal dari tanggung jawab bersama untuk membangun negara yang lebih baik.
Kini, telah kita lewati tahapan pemungutan suara dengan baik, meskipun masih terdengar di ruang-ruang bebas ada yang masih melakukan retorika bernuansa menyerang. Pertanyaan reflektif bagi kita pasca pemungutan suara bahwa setelah tinta mewarnai jari, masih adakah cinta di hati?. Saat ini kita sedang menanti proses perhitungan suara hingga batas waktu yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun, di sana sini terdengar klaim kemenangan oleh masing-masing calon kandidat. Akankah cinta masih tinggal di hati atau cinta akan terbawa angin tiada menghuni hati lagi, sehingga berubah jadi saling menyerang lagi dengan berbagai rupa penyerangannya. Semoga saja hal-hal tersebut tidak muncul ke permukaan tapi semua dapat berpikir bijak bahwa kontestasi pemilu telah berlangsung dan seperti apa hasil akhirnya, semua dapat menerima dengan hati tenang dan damai.
Terjadi momentum penting di mana konsep "Tinta di jari dan Cinta di hati" menyatu secara harmonis. Tinta di jari, membuktikan bahwa setiap individu telah aktif terlibat dalam proses demokrasi dengan memberikan suaranya. Setiap tetesan tinta di jari mengandung makna mendalam tentang tanggung jawab dan komitmen individu terhadap masa depan negaranya. Sementara itu, cinta di hati mencerminkan hubungan emosional yang mendalam antara pemilih dengan nilai-nilai, aspirasi, dan masa depan negaranya. Tinta yang menempel di jari mengingatkan kita akan hak istimewa yang dimiliki setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembentukan pemerintahan mereka. Selain itu, tinta di jari juga merupakan simbol solidaritas sosial, mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian dalam perjuangan untuk menjaga dan memperkuat nilai-nilai demokrasi.
Konsep Cinta di hati merupakan konsep yang menggambarkan hubungan emosional yang mendalam antara individu dengan nilai-nilai, aspirasi, dan masa depan negaranya dalam konteks pemilihan. Lebih dari sekadar keputusan rasional, pemilihan juga dipengaruhi oleh perasaan cinta yang mendalam terhadap negara dan masyarakatnya. Emosi seperti harapan, kebanggaan, dan tanggung jawab terhadap nasib bersama memainkan peran penting dalam membentuk keputusan pemilih.Â
Cinta di hati mencerminkan komitmen yang kuat untuk terlibat secara aktif dalam proses demokratis, karena cinta yang tulus terhadap negara mendorong individu untuk bertindak demi kebaikan bersama. Hal ini juga mencerminkan keyakinan bahwa pemilihan yang tepat akan membawa perubahan positif bagi negara dan masyarakatnya. Oleh karena itu, cinta di hati bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi juga tentang memilih masa depan yang lebih baik untuk semua warga negara.
Dalam pemilu 2024, keterpaduan antara tinta di jari dan cinta di hati menunjukkan bahwa partisipasi politik tidak hanya tentang tindakan fisik, tetapi juga tentang keterlibatan emosional yang tulus dalam membangun masa depan yang lebih baik. Temuan ini menegaskan bahwa suara pemilih bukan hanya cerminan dari hak demokratis, tetapi juga ekspresi dari harapan akan perubahan positif dan kemajuan bagi negara dan masyarakatnya. Dengan demikian, hubungan yang erat antara "Tinta di jari dan Cinta di hati" memberikan landasan kuat bagi partisipasi yang bermakna dan berkelanjutan dalam proses pemilihan yang menjadikan pemilu 2024 sebagai tonggak penting dalam perjalanan menuju demokrasi yang lebih kuat dan inklusif.
Pemilihan umum 2024 bukanlah akhir dari keterlibatan politik kita sebagai warga negara, tetapi sebaliknya, merupakan permulaan dari tanggung jawab yang berkelanjutan untuk merawat dan memperkuat nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Â Pesan pemaknaan tentang tinta di jari dengan cinta di hati mengajarkan kita bahwa partisipasi politik bukanlah sekadar tindakan fisik, tetapi juga ekspresi dari keterlibatan emosional yang mendalam dalam membangun masa depan negara kita.Â
Bahwa keputusan politik kita haruslah didasarkan pada nilai-nilai moral, keadilan, dan kebaikan bersama, bukan hanya pada kepentingan pribadi atau kelompok. Selama masa penantian hasil pemungutan suara 2024 resmi diumumkan KPU, mari kita tetap menjaga cinta di hati sebagai pendorong utama untuk terus berharap, berdoa, dan bertindak demi masa depan yang lebih baik bagi negara dan masyarakat kita. Salam berdemokrasi untuk semua warga negara yang ingin membangun visi peradaban politik yang diwarnai cinta dan damai. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H