Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Refleksi Pemungutan Suara 2024 "Antara Tinta di Jari dan Cinta di Hati"

15 Februari 2024   04:53 Diperbarui: 15 Februari 2024   04:54 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

REFLEKSI PEMUNGUTAN SUARA 2024 

"ANTARA TINTA DI JARI DAN CINTA DI HATI"

*Oleh : Salmun Ndun,S.Pd. Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain -- Rote Ndao

Tahapan pemungutan suara pemilu 2024 telah di gelar, tepatnya Rabu, 14 Februari 2024. Jadwal pelaksaaan pemungutan suara bertepatan pula dengan momentum hari kasih sayang. Perpaduan antara momen "tinta di jari dan cinta di hati" menciptakan simbolisme yang kuat. Tinta di jari memberikan kesan nyata dari keterlibatan langsung, sementara cinta di hati memberikan energi spiritual yang mendorong individu untuk bertindak demi kebaikan bersama. 

Saat keduanya bersatu dalam pemungutan suara, itu tidak hanya menjadi tindakan individual, tetapi juga pernyataan kolektif dari kesatuan dalam keberagaman, dan harapan bersama untuk masa depan yang lebih baik. Tinta di jari merupakan simbol fisik dari keterlibatan langsung dalam proses demokrasi. Saat seseorang mencelupkan jarinya ke dalam tinta, itu adalah tindakan nyata yang menandakan kontribusi mereka dalam menentukan arah negara atau komunitas mereka. Cinta di hati adalah kecintaan pada prinsip-prinsip demokrasi, nilai-nilai kemanusiaan, dan perjuangan untuk keadilan. Saat seseorang memberikan suaranya, itu adalah ungkapan dari cinta dan tanggung jawab terhadap masyarakatnya.

Pemungutan suara merupakan momen puncak dan penting dalam kehidupan demokrasi sebuah negara. Semua warga negara berkumpul pada titik lokasi tempat pemungutan suara (TPS) untuk melaksanakan hak suara mereka dengan penuh semangat dan antusiasme. Suasana di tempat pemungutan suara dipenuhi dengan energi yang positif, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya berkumpul dengan tujuan yang sama yakni memilih pemimpin mereka dan menentukan arah masa depan negara. 

Pesta pemungutan suara tidak hanya menjadi ajang untuk mengekspresikan hak demokratis, tetapi juga menjadi titik pertemuan masyarakat yang memperkuat solidaritas dan persatuan di antara mereka. Di tengah-tengah riuhnya pesta demokrasi, terdapat suasana kebersamaan dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Semua orang berbagi kegembiraan serta melakukan berbagai perhitungan analisa hasil pemungutan suara menurut pandangan subjektifnya dari berbagai sudut pandang.

Hal penting pasca pemungutan suara ini perlu untuk diperhatikan. Setiap tindakan dari merawat tinta di jari menjadi bukti partisipasi dan mengikuti perkembangan hasil pemilihan. Pasca pemilihan adalah saat di mana perbedaan politik harus ditempuh melalui dialog dan kerja sama, membangun jembatan di antara pemilih dengan pandangan politik yang beragam. 

Dengan menjaga rasa hormat terhadap hasil pemilihan, masyarakat dapat bekerja bersama untuk mewujudkan visi bersama yang mencerminkan kebutuhan dan aspirasi politiknya dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi yang sehat. Selain itu, setelah pemungutan suara selesai, penting bagi seluruh warga negara untuk tetap tenang dan damai menghormati hasil yang diumumkan. Dengan demikian, pemungutan suara bukanlah akhir dari perjalanan demokrasi, tetapi awal dari tanggung jawab bersama untuk membangun negara yang lebih baik.

Kini, telah kita lewati tahapan pemungutan suara dengan baik, meskipun masih terdengar di ruang-ruang bebas ada yang masih melakukan retorika bernuansa menyerang. Pertanyaan reflektif bagi kita pasca pemungutan suara bahwa setelah tinta mewarnai jari, masih adakah cinta di hati?. Saat ini kita sedang menanti proses perhitungan suara hingga batas waktu yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun, di sana sini terdengar klaim kemenangan oleh masing-masing calon kandidat. Akankah cinta masih tinggal di hati atau cinta akan terbawa angin tiada menghuni hati lagi, sehingga berubah jadi saling menyerang lagi dengan berbagai rupa penyerangannya. Semoga saja hal-hal tersebut tidak muncul ke permukaan tapi semua dapat berpikir bijak bahwa kontestasi pemilu telah berlangsung dan seperti apa hasil akhirnya, semua dapat menerima dengan hati tenang dan damai.

Terjadi momentum penting di mana konsep "Tinta di jari dan Cinta di hati" menyatu secara harmonis. Tinta di jari, membuktikan bahwa setiap individu telah aktif terlibat dalam proses demokrasi dengan memberikan suaranya. Setiap tetesan tinta di jari mengandung makna mendalam tentang tanggung jawab dan komitmen individu terhadap masa depan negaranya. Sementara itu, cinta di hati mencerminkan hubungan emosional yang mendalam antara pemilih dengan nilai-nilai, aspirasi, dan masa depan negaranya. Tinta yang menempel di jari mengingatkan kita akan hak istimewa yang dimiliki setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembentukan pemerintahan mereka. Selain itu, tinta di jari juga merupakan simbol solidaritas sosial, mengingatkan kita bahwa kita tidak sendirian dalam perjuangan untuk menjaga dan memperkuat nilai-nilai demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun