Mohon tunggu...
Salma SyafiraSonawan
Salma SyafiraSonawan Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Padjadjaran

Konten favorit saya mengenai kuliner di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Rendang : Simfoni Rempah Nusantara yang Mendunia dengan Inovasi Era Modern

21 Juni 2024   14:11 Diperbarui: 22 Juni 2024   10:25 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Aroma rempah yang menggoda, daging empuk yang lumer di mulut, dan rasa gurih yang kaya, semua itu terbayang dalam benak penulis ketika menyebut kata "Rendang". Hidangan ikonik dari Minangkabau ini bukan hanya memanjakan lidah, tetapi juga menyimpan cerita budaya dan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun. Bagi penulis, Rendang bukan sekadar makanan, tetapi juga pengingat akan kampung halaman, momen kebersamaan keluarga, dan kehangatan Hari Raya. 

Setiap gigitan Rendang membawa kembali kenangan indah masa kecil, saat berkumpul bersama keluarga di rumah nenek, membantu menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan Rendang, dan menyantap Rendang yang dimasak dengan penuh cinta. Bagi penulis, menulis tentang Rendang bagaikan membuka kotak harta karun penuh kenangan dan rasa. 

Proses memasaknya yang rumit dan memakan waktu, mencerminkan kesabaran dan ketelitian orang Minang dalam mengolah bahan makanan. Setiap langkah dalam proses memasak memiliki makna dan filosofinya sendiri, mulai dari pemilihan daging sapi terbaik untuk rendang bukan hanya tentang rasa, daging sapi melambangkan niniak mamak, yaitu orang-orang yang dituakan dan dihormati dalam adat Minangkabau. Hal ini menunjukkan bahwa rendang dibuat dengan penuh penghormatan dan kehati-hatian, seperti menghormati para tetua adat. 

Lalu meracik bumbu rempah yang kaya, ada dua bagian perbumbuan untuk bumbu halus seperti cabai merah, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, ketumbar, merica, dan untuk bumbu cemplung diantaranya, serai, daun jeruk, daun salam, kayu manis, kapulaga, cengkeh, bunga lawang, asam kandis. Bumbu-bumbu rempah yang digunakan dalam rendang melambangkan keberagaman dan persatuan masyarakat Minangkabau. Beragamnya rempah-rempah yang diracik dengan ketelatenan menghasilkan rendang dengan rasa yang kaya dan kompleks. Hingga proses memasaknya pun ada kaitannya dengan nama Rendang itu sendiri yang berasal dari kata 'merandang' atau 'randang' artinya 'pelan pelan' karena prosesnya yang panjang dengan api kecil biasanya bisa memakan waktu hingga 6-7 jam pada suhu 80-95°C.

Sejarah Rendang tertanam erat dalam budaya Minangkabau. Rendang, hidangan ikonik Minangkabau, menyimpan cerita panjang yang mengakar dari perpaduan budaya Nusantara dan India. 

Berawal dari olahan daging sapi yang direbus dengan bumbu dan santan, rendang telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam tradisi dan filosofi masyarakat Minang. Perpaduan daging dan rempah-rempah yang dikenal sebagai "kari" di India menjadi cikal bakal rendang. Interaksi budaya melalui perdagangan membawa pengaruh India ke Sumatera Barat, termasuk dalam hal kuliner.

Kemiripan antara kari massaman India dengan gulai Minang, dengan kuah santan yang kaya rasa, memperkuat dugaan ini. Proses pengolahan rendang pun gulai dimasak kembali hingga kuahnya mengental dan berwarna kecoklatan, menyerupai proses pembuatan kalio di India. 

Orang Minang memodifikasi proses ini lebih lanjut dengan memasak rendang hingga warnanya menjadi lebih gelap dan dagingnya menyerap sempurna ke dalam kuah kental tersebut. Rendang telah hadir di Sumatera Barat sejak abad ke-8. Penemuan ini semakin memperkuat keberadaan rendang sebagai hidangan tradisional yang telah lama mengakar dalam budaya Minang.

Perpaduan budaya dan sejarah ini menjadikan rendang bukan hanya hidangan lezat, tetapi juga warisan budaya yang kaya makna. Evolusi rendang mencerminkan semangat akulturasi dan adaptasi masyarakat Minang dalam menerima pengaruh luar dan mengolahnya menjadi identitas kuliner khas mereka. 

Seperti sudah penulis paparkan diatas secuil informasi proses memasaknya yang panjang dan membutuhkan kesabaran melambangkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan. Memasak rendang membutuhkan kesabaran , kegigihan, dan kebijaksanaan, bagaikan sebuah analogi dalam menjalani hidup.

Proses memasak rendang yang memakan waktu lama menuntut kesabaran dalam mengaduk dan memanaskan agar bumbu meresap sempurna. 

Kegigihan juga diperlukan untuk menjaga api agar tetap stabil, menghasilkan kematangan yang pas tanpa gosong. Di balik kesederhanaan bahan-bahannya, rendang membutuhkan kebijaksanaan dalam memilih dan mengolah daging, cabai, dan bumbu-bumbu lainnya untuk mencapai cita rasa yang harmonis. 

Filosofi rendang ini sejalan dengan nilai-nilai luhur masyarakat Minang, seperti musyawarah mufakat yang tercermin dalam pemilihan bahan-bahan dan proses memasaknya. Rendang pun menjadi simbol semangat gotong royong dan kekeluargaan yang kuat dalam masyarakat Minang. 

Dilansir dari sumber yang penulis kaji, ada seorang pakar sejarah yang mengatakan tidak ada aturan baku untuk menyantap rendang dalam budaya Minangkabau. Dahulu, rendang diolah sebagai makanan awet dan bekal bagi para perantau dalam perjalanan jauh. Namun, dalam acara adat atau pesta, rendang disajikan bersama hidangan lain seperti gulai, sayur rebung, ikan goreng, sayur nangka, dan lain sebagainya. 

Penyajian ini melambangkan kekayaan dan kebersamaan masyarakat Minangkabau. Namun seiring perkembangan zaman Rendang lebih dari sekadar hidangan sederhana, namun menjadi sangat istimewa, Rendang kerap hadir dalam momen-momen penting kehidupan masyarakat seperti pernikahan, kelahiran, dan hari raya.

Di era modern ini, Rendang tidak hanya dinikmati oleh masyarakat Minang, tetapi juga telah mendunia dan diakui sebagai salah satu hidangan terlezat di dunia. Berbagai inovasi pun bermunculan untuk menjaga cita rasa Rendang yang autentik sekaligus memperluas jangkauannya kepada masyarakat yang lebih luas. 

Salah satu contoh inovasi adalah Rendang instan. Rendang instan hadir sebagai solusi bagi mereka yang ingin menikmati kelezatan Rendang tanpa harus melalui proses memasak yang rumit. Rendang instan ini dikemas dengan bumbu siap pakai dan daging yang telah diolah, sehingga praktis dan mudah dimasak. Kemudian ada inovasi yang menarik yang pernah penulis cicipi sendiri adalah Rendang kebab. 

Sebagai pecinta makanan khas timur tengah tersebut Inovasi ini sangat cemerlang menggabungkan kelezatan Rendang dengan hidangan kebab yang populer di kalangan anak muda. Rendang kebab disajikan dengan daging sapi yang dimasak dengan bumbu Rendang, kemudian dibalut dengan roti pita dan dilengkapi dengan berbagai topping seperti saus, sayuran, dan acar. 

Inovasi seperti Rendang kebab menunjukkan bahwa Rendang dapat diolah menjadi berbagai hidangan modern tanpa kehilangan identitasnya. Hal ini membuka peluang baru untuk memperkenalkan Rendang kepada khalayak yang lebih luas, dan sekaligus menjadi bukti bahwa budaya kuliner Indonesia terus berkembang dan beradaptasi dengan zaman.

Namun, inovasi Rendang juga memunculkan perdebatan tentang keaslian dan nilai budaya Rendang. Bagi sebagian orang, Rendang instan dianggap menghilangkan esensi dari proses memasak dan makna di balik hidangan ini. Menurut penulis, inovasi Rendang instan bukan berarti menghilangkan tradisi dan nilai budaya Rendang. 

Justru, inovasi ini dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan Rendang kepada masyarakat yang lebih luas, terutama generasi muda yang mungkin tidak memiliki waktu atau kesempatan untuk belajar memasak Rendang secara tradisional. Kuncinya adalah menemukan keseimbangan antara melestarikan tradisi dan mengikuti perkembangan zaman. Inovasi Rendang harus dilakukan dengan tetap menjaga cita rasa dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Penulis yakin Rendang akan terus berkembang dan menjadi warisan budaya yang mendunia karena Rendang adalah warisan budaya Minang yang tak ternilai harganya. 

Dilansir dari beberapa sumber, selama dua tahun berturut-turut, 2011 dan 2017, rendang dari Indonesia menempati posisi puncak sebagai makanan terlezat di dunia dalam survei Cable News Network berdasarkan pilihan para pembacanya, tidak heran karena keunikan rasa, filosofi, dan tradisi yang terkandung di dalamnya menjadikannya hidangan istimewa yang dihormati dan dicintai oleh banyak orang. 

Di era modern ini, Rendang terus berkembang dan berinovasi, menjadi bukti kekayaan budaya kuliner Indonesia yang mendunia. inovasi yang tepat dan upaya pelestarian yang berkelanjutan, Rendang akan terus dinikmati oleh generasi mendatang dan menjadi simbol kekayaan budaya Indonesia 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun