Ramadhan telah usai diakhiri dengan senandung malam takbir hingga menyambut esok hari tepat pada 1 Syawal dirayakannya hari Raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan bagi orang-orang Muslim. Tak hanya hari kemenangan setelah menahan diri dan hawa nafsu selama bulan puasa saja, namun juga hari yang harus dihormati sebab Allah menurunkan berkah serta ampunan-Nya pada hari itu. Idul Fitri secara harfiah berarti perayaan berbuka puasa, dari bahasa Arab “Id” yang artinya perayaan dan “Al-Fitr” yang artinya berbuka puasa. Sebagaimana dalam surat Rum ayat 30, Idul Fitri berarti kembali ke fitrah :
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ
وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَايَعْلَمُوْنَۙ
Artinya : “Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS.Rum:30)
Dalam perayaan hari raya idul fitri seluruh umat muslim bersuka cita, namun islam juga mengajarkan beberapa amalan agar kita mengisi momen lebaran tersebut dengan gembira namun juga bertambah berkah bernilai ibadah. Dalam buku How Did the Prophet & His Companions Celebrate Eid?, diceritakan bahwa Rasulullah saw beserta umat Islam pertama kali merayakan hari raya Idul Fitri pada tahun kedua Hijriyah (624 M) tepatnya setelah Perang Badar. Dijelaskan melalui beberapa riwayat bahwasannya terdapat beberapa amalan yang dilakukan Rasulullah saw. ketika merayakan dan menyambut hari raya Idul Fitri, berikut amalan-amalannya :
1. Memperbanyak membaca kalimat Takbir
Diriwayatkan jika Rasulullah saw. mengumandangkan takbir pada malam terakhir Ramadhan hingga pagi hari satu Syawal. Ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ
Artinya, “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).
Yang mana kita dianjurkan untuk melantunkan takbir di malam terakhir ramadhan menjelang pagi hari 1 Syawal. Bahkan di beberapa daerah menggelar semacam festival takbir (takbiran), yang mana biasanya takbir keliling dilakukan oleh sekelompok orang yang membentuk rombongan dengan alat musik seperti kendang, rebana, atau bedug. Rombongan tersebut akan berjalan keliling di sekitar desa, atau lingkungan tertentu sembari mengumandangkan takbir. Dilaksanakannya takbir keliling sebagai bentuk ungkapan syukur umat Muslim atas berkah dan kesempatan dapat merayakan hari raya secara bersama-sama.
2. Mengenakan pakaian terbaik dan berhias
Di hari raya Idul fitri dianjurkan bagi setiap umat muslim untuk berhias dan mengenakan pakaian terbaik sebagai bentuk wujud kebahagiaan menyambut hari kemenangan. Berhias dapat dilakukan dengan membersihkan badan, memakai wewangian terbaik, memotong kuku hingga mengenakan pakaian terbaik. Lebih utama memakai pakaian putih, kecuali bila selain putih ada yang lebih bagus, maka lebih utama mengenakan pakaian yang paling bagus, misalnya baju baru. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tradisi membeli baju baru saat lebaran memiliki dasar yang kuat dalam konteks agama, dengan tujuan menebarkan syiar kebahagiaan di hari raya Idul Fitri. Dan Sunnah ini berlaku bagi semua umat muslim laki-laki maupun perempuan.
3. Anjuran makan sebelum shalat idul fitri
Saat perayaan Idul Fitri, Salah satu hari yang diharamkan bagi umat muslim untuk berpuasa. Bahkan, disebutkan dalam kitab fiqih bahwasannya pahala orang yang berniat ‘tidak puasa’ pada hari Idul Fitri itu pahalanya sebagaimana orang yang berpuasa di hari-hari yang tidak dilarang.
Rasulullah saw. memiliki kebiasaan sebelum melaksanakan shalat idul fitri yakni memakan kurma dengan jumlah ganjil; tiga, lima, atau tujuh. Disebutkan dalam satu hadist apabila : "Pada waktu Idul Fitri Rasulullah saw. tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
4. Berkunjung ke rumah saudara dan sahabat
Tradisi silaturahmi dengan saling berkunjung di saat hari raya Idul Fitri ternyata sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Yang mana ketika hari raya Idul Fitri, Rasulullah mengunjungi rumah para sahabatnya begitu pun sebaliknya. Pada moment tersebut, Rasulullah dan para sahabat saling mendoakan kebaikan satu sama lain. Seperti halnya umat Islam saat ini, dengan datang ke rumah sanak saudara dan sahabat serta saling mengucapkan “Minal aidzin wal Faidzin” sambil mendoakan keberkahan bagi satu sama lain.
Keutamaan di Bulan Syawal
Bulan Syawal menjadi bulan yang penuh berkah yang mana di bulan ini dilaksanakannya perayaan penting umat Islam yakni Hari Raya Idul Fitri Idulfitri atau Lebaran. Tetapi keutamaan Bulan Syawal tidak hanya terbatas pada perayaan Idulfitri, namun juga memiliki nilai dan makna tersendiri. Adapun keutamaan bulan Syawal sebagai berikut :
1. Puasa Syawal pahala puasa setahun penuh
Meskipun Ramadhan dinyatakan selesai usai dilaksanakan hari raya Idul Fitri, namun kita sebagai umat muslim kita memiliki kesempatan untuk bisa menambah berkah dan kesempurnaan dalam ibadah bulan Ramadhan. Tepatnya pada tanggal 2 - 7 Syawal dengan melakukan puasa 6 hari berturut-turut setelah hari raya Idulfitri, puasa ini disebut sebagai puasa sunnah Syawal.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam suatu hadist, “Barangsiapa menjalankan puasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan puasa sunnah enam hari pada bulan Syawal, maka ia seperti puasa selama setahun" (HR. Muslim).
Juga diriwayatkan oleh Imam An-Nasa'i dan Ibnu Majah bahwa, "Allah telah melipatgandakan setiap kebaikan dengan sepuluh kali lipat. Puasa bulan Ramadhan setara dengan berpuasa sebanyak sepuluh bulan, dan puasa enam hari bulan Syawal yang menggenapkannya satu tahun" (HR. An-Nasa'i dan Ibnu Majah. Dicantumkan sebagai shahih At-Targhib).
2. Bulan diperkuatnya tali silaturahim
Keutamaan bulan Syawal tentunya menjadi kesempatan besar bagi umat Islam untuk mempererat tali silaturahmi dengan sanak saudara, sahabat, maupun tetangga.
Hal ini sebagaimana diperintahkan oleh Allah Swt untuk menjaga hubungan dengan bersilaturahmi yang dijelaskan kitab-Nya, Al- Qur’an surah An-Nisa ayat 36, yakni:
وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا
Wa'budullāha wa lā tusyrikụ bihī syai`aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīli wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu mang kāna mukhtālan fakhụrā.
Artinya: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS. An-Nisa:36)
3. Pahala sunnah mengadakan pernikahan di bulan Syawal
Selain berpuasa dan bersilaturahmi, keutamaan bulan Syawal lainnya yakni dengan dianjurkan dilaksanakannya pernikahan di bulan Syawal. Yang mana, hal ini dilansir dari Islampos.com, keutamaan melangsungkan pernikahan pada bulan Syawal bertujuan untuk menentang tradisi pada zaman jahiliyah. Dimana kala itu kebanyakan orang tidak ingin melakukan pernikahan di bulan Syawal sebab khawatir akan membawa kesialan atau malapetaka. Hal tersebut terjadi sebab ada di suatu tahun Allah Swt menurunkan wabah yang bertepatan di bulan Syawal yang mengakibatkan banyaknya kematian termasuk pasangan penganti dan masih banyak lagi takhayul lain yang dipercayai oleh orang-orang di masa jahiliyah yang berkaitan dengan menikah di bulan Syawal.
Untuk membantah takhayul tersebut, Rasulullah Saw melangsungkan pernikahannya di bulan Syawal saat menikahi Sayyidah Aisyah.
Berawal dari situ lah menjadi sangat dianjurkan untuk melangsungkan pernikahan di bulan Syawal sebagai bentuk ibadah menjalankan sunnah Nabi Muhammad Saw, sebagaimana hadis berikut:
تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي
Artinya: "Rasulullah SAW menikahiku (Siti Aisyah) pada bulan Syawal dan berkumpul denganku pada bulan Syawal, maka siapa di antara istri-istri beliau yang lebih beruntung dariku?" (HR. Muslim).
Dari sini kita mengetahui bahwasannya kita masih memiliki kesempatan untuk bisa menyempurnakan ibadah bulan Ramadhan kita. Jadi, tak hanya selesai di bulan Ramadhan saja.