Diana menurut kalangan pria orangnya alim, shaleha, pintar, rajin olahraga, dan pandai memuji pria. Ye... namanya juga Diana.
Pria itu tak kusangka adalah murid baru teman sebangkuku. Orangnya bidang dan sayang wanita dan ia jatuh cinta dengan Diana hanya karena tutur baik dan mau menolongnya ketika lagi...
Hm...
Tidak kuat melawan pria yang kurang ajar dengannya.
"Hai Di, selamat ya!"
"Boy, selamat ya dapat medali emas karya ilmiah remaja!"
"Iya, badan kamu tambah kekar ya!" jawabku becanda sambil meninju lembut dadanya.
Teman-temanku wajar sih, seusiaku, ya lagi masa percintaan remaja dimana-mana tapi sudah berkali-kali menikah. Berbeda dengan Diana yang akhirnya memantapkan hati untuk menikah dengan kawan sebangkuku.
Masa TK sampai SMA sekarang ku penuhi dengan berteman sehat, berpikir jernih, jadi kutu buku, hingga mengukir prestasi baik sendiri maupun berkelompok.
Hm... perlu kalian ketahui, mulai usia 8 tahun, aku memutuskan untuk kuliah dengan jurusan yang nyambung dengan cita-citaku. Dan mainanku dulu bukan sebuah boneka atau robot atau congklak dan lain melainkan...
Mainan dokter-dokteran hasil permainan pancingan untuk anak kecil di mal. "Boy pintar!" ucap ayah kala itu sambil mengelus kepalaku.