Mohon tunggu...
Salma Sakhira Zahra
Salma Sakhira Zahra Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir di Jakarta, 28 Februari 2002. Alumni TK Putra III (2007/2008), SDSN Bendungan Hilir 05 Pagi (2013/2014), dan SMPN 40 Jakarta (2016/2017). Kini bersekolah di SMAN 35 Jakarta.

Nama : Salma Sakhira Zahra TTL : Jakarta, 28 Februari 2002 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Calm Sis (Sister)!

4 Desember 2020   08:45 Diperbarui: 4 Desember 2020   09:31 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sekarang masalah kamu apa? Dikira murid yang kena gencet harus takluk!" mereka pergi setelah mendengar perkataan gue. "Halimah, kamu tak apa?" guru muda itu langsung peluk gue. Gue kaget, guru muda belum pernah memeluk murid walau itu pria dan tak pernah perhatian serinci itu. "Hm... apa Bapak antar dulu ke kos baru Bapak ajak ke suatu tempat?" aku menggeleng keras. Guru muda itu senyum, buat gue saja?

Tempat yang sama dan waktunya sore hari, gue dibawa ke tempat itu lagi. Calm Sis, hatimu dibawa damai saja. Bapak itu bertanya gue waktu di sekolah dan keceplosan cerita secuil kehidupan serta galau. "Hah, galau? Kenapa Pak?" , "Galau memikirkan kamu!" sumpah, aku langsung cengo. 

"Kamu istimewa di mata Bapak!" guru muda itu senyum dan memberi sekuntum mawar merah. Gue terima seperti waktu itu. Beliau ajak mengobrol lagi dan akhirnya bagaimana? Pertama memang di luar dugaan karena guru muda dengan mudahnya mengobrol keseharian dan menurut gue sepertinya janggal untuk guru dan murid. Nah, ini yang kedua.

"Halimah, kok Bapak mau bawa kamu ke jenjang pernikahan?" guru muda itu cemas. "Bapak cinta kamu sebagai guru kok, sumpah!" dan beberapa waktu dia tidur di bahu gue. Terkejutnya gue dia mengeluarkan semua karakter dia sampai gestur dan postur. Ada satu hal yang membuat gue mau tanya mengapa tapi sebaiknya jangan, masa guru muda tak tahan mau menatap gue yang lagi lihat danau dalam jarak sangat dekat dari samping wajah gue. Itu... hampir mau dekat.

Gue pergi tinggalkan dia?

"Halimah, Bapak cinta padamu. Maaf jika perkataan Bapak menyinggung perasaanmu. Kenapa pergi?" gue terkejut. "Pak, saya hanya mau beli es krim!" , "Ya sudah Bapak ikut!" gue lihat rona bahagianya, tapi gue rasa hanya bersama gue dan gue rasa akan berpengaruh dalam hidupnya.

Entah berakhir seperti apa antara gue dan guru muda yang disukai murid di sekolah tapi gue tetap mantap bahwa gue akan bertahan menjadi murid dalam pandangan guru seperti peraturan sekolah.

Jadi, Calm Sis, baik lingkup pendidikan maupun dalam kehidupan. Calm Sis!

SELESAI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun