Semakin hari dan bertambahnya bulan, aku banyak belajar kembali, mempelajari dasar seperti melihat, mendengar, dan merasakan. Hingga ke hal yang sedangnya yaitu memahami bahasa yang dikenal oleh dunia pendidikan di luar sana. Berlanjut dengan hal yang terdengar sulit yaitu melakukannya. Semangat membara dari kisah masa kecil.
Aku melihat dengan benar mengenai dunia di dalam rumah. Nyatanya aku sedang berada di rumah yang merupakan tempat tinggal. Bukan malas, belum waktunya menelusuri isi rumah. Untuk istirahat, hahaha, aku betul-betul paham bentuk tempat tidur dan isinya.
Aku mendengar bahwa suara selama itu adalah dari orangtuaku. Orangtua yang selama ini menemani sejak kecil. Orangtua yang dapat membagi waktu untukku dan mereka. Orangtua yang masih sempat mengelus kepalaku dan mengobrol denganku.
Aku merasakan bahwa selama ini di hadapanku adalah sosok malaikat tanpa sayap. Aku yang tahu bahwa saraf selama ini dapat berjalan baik. Apa yang kurasakan ku kenal dengan hawa.
Memasuki masa sedang, aku mulai membuka buku dari ayah. Ayah membeli setidaknya dua buku. Aku berusaha untuk paham sampai selesai. Buku yang sepaham dengan pikiranku. Ajaran yang diajarkan berangsur-angsur. Usai membaca, ayah, memberiku buku kembali. Terus sampai aku tahu itu adalah ilmu.
Memasuki masa yang kata orang sulit dan umur yang bertambah, aku mulai berjalan menelusuri rumah, mengenal dan mungkin berbicara sendiri sebagai cara belajar berkomunikasi. Latihan keberanian mungkin salah satunya. Belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mandiri.
SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H