"Na, ada yang mau dibicarakan!" ucap Chan sambil duduk di sebelah Surna.
"Apa?" tanya Surna sambil menghentikan kegiatan menulis di selembar kertas.
"Ingin ku tahu... u... u... u... u... apa kau, apa kau ada yang punya..."
"Ingin ku tahu... u... u... u... u... apa kau, apa kau ada yang punya...
Karena karena ku tak bisa lupakan, lupakanmu..."
"Kau..."
"Kau!"
"Satu fenomena!"
"Satu fenomena!"
"Langit pun cerah hilang gelisah bila engkau ada..."
"Dan... ku ingin tahu..."
"Mungkinkah ada yang istimewa bila ku menyapa!" Chan mulai menundukkan kepala.
"Derah ku coba 'tuk lupakanmu..." Chan mulai mengangkat kepala ke arah depan.
"Tapi ku tak pernah bisa..."
"Harus ku coba bertegur sapa..."
"Karena bayangmu, selalu menghantuiku..."
Chan menyanyikan lagu tersebut hingga akhir lirik.
"Itu yang aku bicarakan!" Surna terdiam seribu bahasa.
"Bolehkah ku menjawab?"
"Secepat itu?" Surna mengangguk. Chan ikut mengangguk. Wanita berkuncir satu itu melihat ke arah selembar kertas yang ia anggap selesai ditulis.
"Hatimu...
Sudah ku baca sedari dulu...
Hatimu...
Sudah ku sangka sedari dulu"
"Ku pikir-pikir hingga seminggu...
Sampai aku jadi lupa waktu...
Ku terima Kawan...
Tak ku sangka Kawan..."
Ternyata Surna membuat musikalisasi puisi dan menyanyikannya sampai di akhir lirik.
"Wow...." teriak Zaka yang diikuti orang-orang yang hadir disana.
"Itu juga yang aku bicarakan!"