Mohon tunggu...
Salma Rihhadat
Salma Rihhadat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka baca buku dan menulis cerita!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ulang Tahun Kesedihan

15 November 2023   17:40 Diperbarui: 15 November 2023   17:43 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Ibu gadis kecil itu tiba-tiba terbangun oleh dering telepon genggam, bergegas beres-beres setelah mengobrol dengan seseorang di seberang telepon. Telepon tadi bukan kabar baik, itu kabar buruk, buruk sekali malahan. Yang meneleponnya tadi adalah nomor suaminya, ibu muda itu bahkan sudah hendak marah-marah pada sang suami karena belum pulang dan tidak ada kabar sampai selarut itu, anak mereka sudah menunggu-nunggu sejak tadi, menagih janjinya.

Tapi ibu muda itu tiba-tiba membeku karena yang berbicara di seberang telepon adalah suara bapak-bapak lain yang mengabarkan bahwa pemilik telepon genggam baru saja mengalami kecelakaan parah di Jalan Raya Serang, segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Bagai ada petir besar yang menyambar kepala ibu itu, ia tiba-tiba menangis, menuju ruang tamu tempat anaknya tidur pulas, langsung digendong dan dibawa serta menuju rumah sakit.

Gadis kecil dalam pelukan wanita muda itu membuka mata saat mereka tiba di rumah sakit. Adel melihat ibunya sudah berurai air mata.

“Bu, kok nangis?” Gadis kecil itu mendongak. Sang ibu cepat-cepat mengusap matanya yang sembab, menjelaskan beberapa hal, mengajak Adel berdoa. Gadis kecil itu tetap tidak bisa tenang. Walaupun dia tidak sepenuhnya mengerti di usia itu, dia tahu bahwa malam ini tidak ada makan malam, tidak ada kue ulang tahun yang akan dipotong bersama dengan ayah tercinta.

Tapi kabar buruk belum berakhir di situ. Beberapa saat setelahnya, ibu muda itu dikabarkan bahwa suaminya tidak bisa diselamatkan, lukanya terlalu parah, suaminya baru saja meregang nyawa. Sudah genap kesedihan itu, sudah genap kabar buruk ini. 

Usia Adelia baru enam tahun saat takdir mengambil ayahnya begitu cepat.

***

Oktober, tahun ini.

Gadis lima belas tahun itu terbangun lagi oleh mimpi buruk yang selalu menghampirinya setiap malam selama sembilan tahun belakangan.

Tahun itu, sembilan tahun lalu adalah satu-satunya ulang tahun yang dirayakan –meski berakhir buruk, dan selamanya akan menjadi kenangan buruk.

Gadis itu mendekap kedua kakinya dalam pelukan. Penyesalan selalu terselip dalam malam-malam pada hari kelahirannya. Kalau saja dia hari itu tidak merengek minta ulang tahunnya dirayakan, ayahnya tidak perlu terburu-buru pulang ke rumah dan mengalamai kecelakaan itu. Ayahnya mungkin masih ada di sini bersama mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun