Raut wajah si ibu kemudian sedikit kehilangan minat. Sambil menunjuk anaknya yang berdiri di depan kami, si ibu mulai bercerita.Â
"Anak saya yang ini juga mau kuliah bahasa Indonesia di UI soalnya dia suka buat cerita" Katanya.
Dapat dipahami. Jurusan sastra memang seringkali dikaitkan dengan kemampuan membuat cerita. Saya maklum sambil tersenyum canggung melihat si anak yang tampak tidak nyaman dengan sang ibu yang menunjuknya.
"Tapi gak boleh sama kakaknya, kata kakaknya, mau jadi apa kuliah Sastra Indonesia?" Si Ibu kembali bercerita.Â
Duh, Bu, harus banget bilang kayak gitu di depan mahasiswi Sastra Indonesia?
Saya tertawa hambar sambil melirik ke si anak yang terlihat makin tidak nyaman dengan ibunya yang bercerita dengan suara cukup kencang.Â
"Kakak dia nih lagi skripsian, di Universitas Andalas, Jurusan Fisika. Kata kakaknya, kalau kuliah tuh jurusan yang IPA-IPA aja, atau akuntansi, manajemen, teknik, biar cepet dapet kerja." Ibu paruh baya itu kembali menambahkan.Â
Saya cuman cengar-cengir canggung sambil bilang, "Ah, prospek kerja anak sastra juga luas kok, Bu."Â
Si ibu hendak membuka suaranya kembali ketika anaknya yang berdiri di depan kami menginterupsi,Â
"Mama ih, malu, ah..." Katanya. Saya hanya tertawa kecil menanggapi.Â
Terima kasih kepada si adik karena interupsi pada sang mama memberikan kesempatan kepada saya untuk memasang headphone dan memutar lagu keras-keras di telinga.Â