Tetapi siang itu berbeda sebab drama KRL tiba kepada saya.
Cuaca yang panas dan otak yang sudah ngebul karena ditanya macam-macam saat presentasi di kelas tadi membuat saya merasa lebih lelah berkali-kali lipat. Perjalanan dari stasiun terdekat dengan kampus ke St. Manggarai --untuk kemudian transit menuju St. Tanah Abang-- yang tidak memberi kesempatan saya untuk duduk membuat rasa lelah itu makin bertambah. Beruntungnya, di KRL rute Tanah Abang--Rangkasbitung, saya berhasil mendapat duduk setelah melalui drama kejar-kejaran dengan sesama penumpang lain di tangga stasiun.Â
Saya lelah, saya harus dapat tempat duduk. Hanya itu yang ada di pikiran saya sebab perjalanan dari Tanah Abang ke Daru --stasiun terdekat dengan rumah-- memakan waktu hingga tujuh puluh menit, bisa pingsan saya kalau tidak segera duduk.Â
Di saat itulah kemudian, ketika saya bersiap memasang headphone untuk mendengar beberapa lagu di playlist favorit, seorang ibu paruh baya dengan anak perempuannya yang menggunakan seragam SMP putih biru meminta saat untuk geser sedikit agar beliau bisa duduk di sisi kanan saya. Beruntung si ibu tidak meminta saya  berdiri sebab anaknya bersikeras untuk berdiri saja di depan kami.Â
"Habis dari mana, Neng? Kuliah ya?" Pertanyaan basic yang biasa digunakan untuk basa-basi, tentu saja.Â
Saya hanya mengangguk sambil tersenyum dan berniat memasang headphone saya kembali sebelum pertanyaan berikutnya meluncur dari bibir si ibu.Â
"Kuliah di mana, jurusan apa?" Pertanyaan berikutnya.
Saya berpikir sebentar untuk menjawab.
"Kebetulan di Universitas Indonesia, Bu.. Jurusan--" Belum sempat menjawab lengkap, ibu-ibu tersebut menepuk pundak saya dengan heboh sambil memuji.Â
"Keren Nengnya lolos di UI, jurusan apa?" Ibu itu bertanya kembali.Â
"Ah, Kebetulan Sasta Indonesia, Bu.." Jawab saya jujur.Â