Mohon tunggu...
Salman Unram
Salman Unram Mohon Tunggu... Dosen - Tuntut dan sebarkan ilmu yang bermanfaat bagi sesama.

Teknik Mesin solidarity forever.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Oh Warna-warna

5 Agustus 2021   14:08 Diperbarui: 5 Agustus 2021   14:10 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada yang ribut karena berganti  warna dari biru ke merah (Dokumentasi Kompas)

Ramai-ramai kader Demokrat membulli warna merah putih pada pesawat kepresidenan Indonesia. Mulai dari juru bicara DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, Andi Arief, Roy Suryo, Andi Malarangeng hingga banyak kader dan simpatisannya sibuk mencari narasi paling ces-pleng demi riuh atmosfir media sosial kita beberapa saat terakhir ini.

Seakan saling sahut-sahutan pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi misalnya menyebut pengecatan pesawat kepresidenan dengan warna merah mengabaikan aspek keselamatan presiden.

Fahmi mengatakan umumnya pesawat kepresidenan menggunakan warna biru. Warna itu dipilih sebagai kamuflase di udara karena menyerupai langit.

Tak kalah,  Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat, Andi Arief, mengomentari rencana pengecatan pesawat Kepresidenan RI. Andi Arief menilai pengecatan pesawat itu ibarat lagu Peterpan berjudul 'Menghapus Jejakmu".
Begitulah sejumlah serangan verbal dari yang kontra.

Dari masalah teknis keamanan terkait warna hingga pemborosan dana disaat negara dalam kondisi sulit, narasi mereka buat.

"Politis atau esensial?"

Biru dan putih adalah warna langit dan warna awan. Ketika pesawat kepresidenan diwarnai serupa dengan keadaan langit yang sedang berawan, itu memang bentuk kamuflase. Pesawat itu tak mudah dilihat dan maka secara logis tak mudah pula untuk menjadi sasaran penyerangan. Dan maka Presiden sebagai lambang negara yang berada dalam pesawat itu menjadi lebih aman dari usaha penyerangan.

Itu nalar yang ingin dibangun. Tapi benarkah visual masih sangat penting pada jaman serba komputer ini?
 Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni tak mempersoalkan pengecatan pesawat dan helikopter kepresidenan. Menurutnya, pengecatan ini memang sudah dianggarkan sejak 2019 sebelum pandemi Covid-19. Untuk warnanya pun sudah tepat diubah menjadi merah putih mengingatkan warna bendera NKRI.

Di luar sana, AS sebagai pemiliki pesawat siluman super canggih F-22 Raptor maupun F-35 Lightning II pun sedang panas dingin. Radar Nebo-M Rusia dapat mendeteksi pesawat super canggih itu.

Pesawat siluman AS itu adalah pesawat modern yang dibangun khusus untuk tidak terdeteksi oleh perangkat pertahanan negara lain. Faktor panas mesin, bentuk pesawat yang tak lazim, bahan komposit yang digunakannya hingga perangkat pengacak radar yang dimilikinya adalah sebab oesawat itu tak mudah dideteksi. Bukan semata karena warnanya.

Radar buatan Rusia itu digadang dapat mendeteksi kehadiran kedua pesawat stealth paling canggih itu pada jarak 600 Km. Bahkan ketika pesawat itu sedang akan tinggal landas dari Jogja misalnya, radar Rusia yang dipasang di Jakarta, telah mampu mendeteksi. Perkara rudal serang kemudian diluncurkan, itu urusan strategi.

Selain Nebo-M, radar Kontainer stasioner milik Rusia yang lain, di atas cakrawala juga dapat mendeteksi target pada jarak 2000 kilometer. Itu seperti pesawat tempur kita sudah keburu ketahuan bahkan saat sedang akan tinggal lamdas dari Halim oleh radar Rusia itu yang ditempatkan dikepulauan Spratly milik China di LCS misalnya.

Artinya, tak ada visual dibutuhkan. Tak ada warna diperlukan bagi mata penjahat yang berniat tak baik ingin menyerang pesawat kepresidenan itu dong?

Sepertinya, warna biru menjadi merah pada pesawat kepresidenan itu bukan soal esensial, itu terasa berbau politis. Biru Demokrat dan merah adalah PDIP. Ini seperti persaingan dua partai politik.

Bahwa Demokrat yang punya gagasan membeli pesawat kepresidenan itu pada 2014 berargumen warna biru dan putih demi keamanan, itu tidak 100% demi ide atau gagasan aman itu sendiri. Warna biru memang sangat tendensius.

Pun merah agar terlihat menjadi seperti warna bendera kita merah putih sebagai alasan, itu tak serta merta membebaskan PDIP dari argumen bahwa warna merah adalah identifikasi miliknya.

Beruntung pesawat kepresidenan itu tidak dicat dengan warna kuning. Selain Golkar tak lagi sebagai partai berkuasa, Golkar sudah kenyang dan bosan dengan politik warna.

Justru partai Golkarlah yang kini terlihat sebagai pemenang. Politik warna sebagai warisannya dijadikan sebagai rebutan dua partai berpengaruh di negeri ini. Ingat dong "KUNINGISASI" lima tahunan pada setiap pemilu di jaman Soeharto?

Ya, rakyat sebagai pemilih diajak (dipaksa) memilih warna bukan program.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun