Mohon tunggu...
Salman Unram
Salman Unram Mohon Tunggu... Dosen - Tuntut dan sebarkan ilmu yang bermanfaat bagi sesama.

Teknik Mesin solidarity forever.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Oh Warna-warna

5 Agustus 2021   14:08 Diperbarui: 5 Agustus 2021   14:10 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada yang ribut karena berganti  warna dari biru ke merah (Dokumentasi Kompas)

Radar buatan Rusia itu digadang dapat mendeteksi kehadiran kedua pesawat stealth paling canggih itu pada jarak 600 Km. Bahkan ketika pesawat itu sedang akan tinggal landas dari Jogja misalnya, radar Rusia yang dipasang di Jakarta, telah mampu mendeteksi. Perkara rudal serang kemudian diluncurkan, itu urusan strategi.

Selain Nebo-M, radar Kontainer stasioner milik Rusia yang lain, di atas cakrawala juga dapat mendeteksi target pada jarak 2000 kilometer. Itu seperti pesawat tempur kita sudah keburu ketahuan bahkan saat sedang akan tinggal lamdas dari Halim oleh radar Rusia itu yang ditempatkan dikepulauan Spratly milik China di LCS misalnya.

Artinya, tak ada visual dibutuhkan. Tak ada warna diperlukan bagi mata penjahat yang berniat tak baik ingin menyerang pesawat kepresidenan itu dong?

Sepertinya, warna biru menjadi merah pada pesawat kepresidenan itu bukan soal esensial, itu terasa berbau politis. Biru Demokrat dan merah adalah PDIP. Ini seperti persaingan dua partai politik.

Bahwa Demokrat yang punya gagasan membeli pesawat kepresidenan itu pada 2014 berargumen warna biru dan putih demi keamanan, itu tidak 100% demi ide atau gagasan aman itu sendiri. Warna biru memang sangat tendensius.

Pun merah agar terlihat menjadi seperti warna bendera kita merah putih sebagai alasan, itu tak serta merta membebaskan PDIP dari argumen bahwa warna merah adalah identifikasi miliknya.

Beruntung pesawat kepresidenan itu tidak dicat dengan warna kuning. Selain Golkar tak lagi sebagai partai berkuasa, Golkar sudah kenyang dan bosan dengan politik warna.

Justru partai Golkarlah yang kini terlihat sebagai pemenang. Politik warna sebagai warisannya dijadikan sebagai rebutan dua partai berpengaruh di negeri ini. Ingat dong "KUNINGISASI" lima tahunan pada setiap pemilu di jaman Soeharto?

Ya, rakyat sebagai pemilih diajak (dipaksa) memilih warna bukan program.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun