"Waalaikumsalam.... tamong hir.." jawab perempuan paruh baya yang tak lain adalah kakak sepupunya pak tahir, sembari mempersilahkan kami ikut masuk ke dalam rumah miliknya.Â
Tak lama kemudian setelah duduk rehat sejenak, kami langsung disuguhkan hidangan pembuka yaitu pulut ketan terbungkus daun yang sudah matang dibarengi dengan satu mangkok kuah durian kental.Â
"Wow sedap, rasanya benar-benar magnyos" celoteh oom fir dengan senda guraunya sambil mengacungkan jempol mantab. Berharap bisa tambuh lagi, sayangnya ketan unik versus kuah durian itu sudah habis. Yang tersisa hanyalah serakan daun-daun lusuh diatas piring-piring kecil.
Tak lama kemudian selang beberapa menit, kami pun kembali disuguhkan hidangan makan siang dapat sajian masakan khas ala daerah itu "kuah asam keueung". Begitulah adat reusam budaya leluhur masyarakat Aceh yang selalu senantiasa menghormati dan memuliakan para tamu-tamunya. Apa saja yang ada makanan atau minuman pemilik rumah pasti semua dihidangkan untuk tamu-tamunya. Luar biasa adat budaya Aceh, bangga bisa menjadi orang Aceh.
Dua ronde hidangan telah sudah berlalu, "nah sekarang apalagi..."??? gumam ayah tuah sembari melirik oom fir yang sudah mengambil ancang-ancang persiapan duduk bersandar di atas kursi sudut kiri tepi jendela bagian depan teras rumah.
Wah.., ternyata oom fir sedang menatap ceria hidangan penutup di depan mata. Ada "Musang King" durian viral dalam film upin ipin negeri jiran malaya.Â
Tidak menunggu lama karena waktu semakin hendak menjelang senja, kami pun bersama-sama penuh canda tawa mencicipi nikmatnya durian musang king ala negeri petro dollar. (ss*)