Mohon tunggu...
Purwanto Indarso
Purwanto Indarso Mohon Tunggu... wiraswasta -

mendambakan hidup damai tanpa kerusuhan lagi. KAsih sayang akan menyatukan kita dalam suasana kekeluargaan yg diselimuti kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Tentang Seorang Ahli Ibadah yang Palsu

22 Juni 2011   11:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:16 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kisah seorang ahli ibadah (Abid) bernama Abu bin Azhim. Ia seorang muslim yang getol beribadah. Segala amal ritual ,dari yang wajib sampai yang sunnah,tak pernah ia tinggalkan barang sedikitpun.

Suatu malam .Abu bin Azhim baru saja selesai berwudhu untuk Tahajud. Tiba-tiba dilihatnya seseorang bertengger di dinding sumurnya. Ia berbaju putih, penuh cahaya terang pada sekujur tubuhnya, dan tampak membuka-buka sebuah buku.

“Siapakah Anda? Dan apa yang Tuan lakukan disini?” tanya Abu bin Adzhim.

“Aku malaikat .Aku sedang melihat data para Pencinta Tuhan, “ katanya.

“Malaikat? Mendata para pencinta Tuhan?! Oh , kalau begitu, adakah namaku tercantum di dalam buku Tuan?” tanya Abu bin Azhim dengan tergesa-gesa.

“Baiklah Aku akan melihatnya,” sang malaikat mulai membuka-buka bukunya.

Abu bin Azhim menunggu dengan harap-harap senang.

“Sayang, Abu,namamu tidak tercantum dalam bukuku”, kata sang malaikat.

Abu langsung menangis mendengar jawaban itu.

“Kenapa kamu menangis Abu?” tanya malaikat.

“Rasanya sia-sia selama ini aku getol melakukan bermacam-macam ibadah wajib dan sunnah. Nyatanya aku tidak masuk dalam data Anda, tuan malaikat. Padahal,apa sih tujuan seorang hamba rajin beribadah ritual kecuali untuk masuk kedalam golongan hamba-hamba yang mencintai Tuhan?” Abu bin Azhim mengadu.

Aku juga tahu semua yang kamu kerjakan selama ini,Abu. Kau begitu getol melakukan ibadah ritual. Segala macam .Yang wajib dan yang sunnah. Tapi sayang di sekelilingmu ada janda-janda tua, anak-anak yatim, orang-orang fakir dan miskin, tidak sedikitpun rasa pedulimu menghampiri mereka, padahal kau mampu melakukannya. Itulah mengapa ,namamu terhalangi untuk dicantumkan di bukuku. Karena ketahuilah , Abu, Tuhan tidak akan menerima cinta seorang hamba, sebelum sang hamba mencintai sesamanya.”

Indah sekali kisah diatas . Ia seakan mengingatkan kita pada sabda Rasulullah SAW, “Siapa pun diantara kalian tidak bisa dikatakan beriman ketika dirinya bisa tidur dengan perut kenyang, sementara tetangga (saudara)nya masih ada yang kelaparan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun