Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dansa Sebelum Pesta Manusia Mati

27 April 2023   13:59 Diperbarui: 27 April 2023   14:00 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dua cacing sedang berjoget memandangi mayat yang baru saja datang ke liang

teriring irama tangis dari atas memenuhi hati dan jiwa mereka

lalu dua tubuh gemulai melenggok asyik 

sementara 

mayat hangat masih rapi terbungkus kain putih, tetap kesepian meski keramaian di atasnya 

kemarin petang udara berhenti lalu lalang di paru-parunya

detik per detik berikutnya darah dan sel-sel mulai lelah tak terpompa

tiga jam kemudian segala otot kaku berhenti relaksasi 

berhenti mengisi amorfati nadi

enam jam berlalu 

segalanya dalam diri benar-benar diam

...makanan telah datang waktunya kita makan, sabar bertahun akan selesai waktunya buka puasa...

cacing satu berdendang 

wahai para cacing dan bakteri sudahi mimpi kalian. 

Waktunya bangun dan menerima 

kenyataan begitu lezat di depan mata

siapkan semua perkakas kalian

cacing dua tak mau kalah

esok hari perut kita akan membuncit kembali 

lalala subidu bidu bam bam

terus berdendang sambil mabuk air kembang dan resapan hujan sepanjang malam

fajar tiba menyelinap sela gumpalan awan 

nisan kayu basah dihinggapi embun

dua cacing gendut ketiduran di kiri kanan jenazah

tiga puluh tiga bakteri datang pagi

disusul puluhan cacing-cacing malas 

yang selamat dari santapan ayam, sore lalu

hey gendut bangun. jangan hanya bicara

mari kita santap 

meski belum terlalu busuk. mata lapar para penghuni kuburan menatap tajam

setelah semua siap mereka membaca doa mau makan

malaikat pewarta mengintip

dan berkata

ternyata Tuhan sering memberi kematian untuk kehidupan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun