Rasa limitasi diri yang mendorong penulis melakukan pembacaan dan pengenalan diri bagaimanakah manusia bisa ada.
Dalam penyampaian kali ini tidak memasukan teori Darwin mengenai manusia adalah tranformasi kera. Mengapa? Menurut saya teori tersebut tidak relevan. Bukan karena salah atau benar tapi karena memang tak ada hubungannya:
jika teori darwin benar maka kegelisahannya akan tetap sama. Mengapa manusia yang dari kera ini bisa bernyawa dan mati dan berpiki dan berlaku. Mengapa ada. Bagaimana keberadaan yang benar-benar ada.
Jika teori itu salah. Maka tinggal hilangkanlah kata “yang dari kera” pada penjelasan no.1
Ya walaupun boleh jadi saya memang tidak memahami teori Darwin tentang adanya manusia. Atau teori-teori lainnya. Maka tinggalkanlah komentar, kritik atau pertanyaan kalian pembaca..
Oke..
Berbicara realitas berarti berbicara segalanya terkait kebenaran atau kenyataan. Sekilas saya mengenalkan Filsuf yang bernama Hegel (untuk biografi lengkap Hegel silakan baca-baca buku yang memuat biografi Hegel di dalamnya)
Dalam beberapa penjelasan tentang realitas. Menurut Hegel keberadaan manusia, merupakan perwujudan yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah proses. Manusia benar karena nyata sebagai hasil pekerjaannya sendiri. Hegel melihat manusia sebagai sebuah proses dan proses tersebut dipahami sebagai hasil pekerjaan. Dalam (Estetika) Matius Ali mengatakan menurut Hegel realitas bukanlah ada [being] melainkan menjadi [becoming]. Yang benar adalah yang menyeluruh akan tetapi keseluruhan merupakan hakikat yang terjadi melaui perkembangannya. Dan manusia ada dalam perkembangannya. Dengan demikian keberadaan manusia tidak lepas dari sebuah proses yang dilakukan manusia itu sendiri. Manusia sebagai bagian dari perkembangan bagi manusia lainnya.