Mohon tunggu...
Salman hafiz
Salman hafiz Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa belajar menulis

Aku ingin menjadi bagian dari Sejarah. Maka aku menulis. Instagram : @Salmanhafiz20

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hamid Basuki Penyandang Low Vision, dari Cacian Menjadi Penghargaan

18 Juni 2021   18:39 Diperbarui: 18 Juni 2021   20:05 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagian #1

Dunia perguruan identik dengan figur guru cerdas secara science dan teknologi serta berperawakan normal seperti guru pada umumnya. Sama halnya dengan dunia musik, dominan para pemain musik memiliki fisik yang bagus, pendengaran baik, penglihatan tajam dan tubuh yang normal. 

Hamid Basuki di balik low vision yang ia derita, namun semangat mendidik siswa SLB Bagian -- A Pembina Tingkat Nasional Jakarta, luar biasa. Selain berprofesi sebagai seorang guru, Pria kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah 1976 ini pun punya ketertarikan terhadap dunia musik. Drum adalah alat musik andalannya. 

Hamid mengalami low vision (gangguan penglihatan) sejak ia berusia satu setengah tahun. 

"Awalnya (bayi) mata saya normal, tetapi tahun berikutnya (satu setengah tahun) penglihatan saya sedikit demi sedikit berkurang. Akhirnya, saya divonis tunanetra."

Setelah vonis tersebut Hamid bertumbuh sebagai anak disabilitas netra. Sejak itu ia sering merasa was-was saat berjalan. Ia takut terperosok ke gorong-gorong, terbentur benda-benda, seperti batu hingga terjatuh.

Anak ke 3 dari 5 bersaudara ini pun menyadari dirinya berbeda dengan anak-anak lain yang penglihatannya normal.

Walaupun mengalami low vision (gangguan penglihatan), sehingga hanya bisa membedakan antara hitam (gelap) dan putih (terang) ia berusaha ikhlas.

Perlakuan teman-temannya yang suka mencemooh, mencaci maki, dan menghinanya membuatnya menjadi kecil hati. Tidak jarang laki-laki yang memiliki hobi musik ini meratapi keadaannya. 

"Bagaimana tidak sedih, teman-teman ada yang bertanya di depan saya, 'Orang yang mengalami low vision kalau makan dan minum melalui mata atau hidung ya? Ini jelas menghina saya," ungkap Hamid lirih.

Setelah beranjak dewasa ia pun masih suka menerima hinaan dari teman-temannya yang usil. Bahkan setelah ia lulus dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan kemudian diterima sebagai PNS, masih banyak orang yang meragukan kemampuannya. "Masa sih tunanetra bisa jadi pegawai negeri?" tutur Hamid seraya mengelus dada. Keraguan orang padanya justru memompa semangatnya untuk terus bekerja dengan baik dan berprestasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun