Mohon tunggu...
Salman Fariz
Salman Fariz Mohon Tunggu... Freelancer - Jurnalis Lepas

Penulis adalah seorang jurnalis lepas yang berbasis di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Shahida Khanum Menghidupkan Kembali Pakaian Tradisional Suku Gujjar yang Hilang di Kashmir

15 Februari 2023   23:08 Diperbarui: 15 Februari 2023   23:20 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang wanita Gujjar di Jammu dan Kashmir memakai baju tradisional Gujjar. | Sumber: Rayees Ramzan/Hindustan Times

Oleh Salman Fariz

Shahida Khanum, seorang wanita suku di Jammu dan Kashmir (J&K), Wilayah Persatuan (UT) India, memulihkan budaya yang hampir hilang dengan menjahit, membuat dan menyulam pakaian tradisional Gujjar Jammu dan Kashmir.

Gujjar adalah komunitas etnis nomaden, pertanian dan penggembala yang tinggal di India, Pakistan dan Afghanistan.

Menurut The News Mill, sebuah surat kabar online, orang-orang Gujjar dan Bakerwal merupakan bagian yang cukup besar dari populasi multi-etnis J&K, dengan budaya pakaian, makanan dan cara hidup mereka sendiri. Budaya Gujjar, khususnya pakaian jadinya, telah berkurang dalam beberapa dekade terakhir, karena generasi muda baru terpikat dengan pakaian modern.

Khanum, seorang Gujjar, berasal dari daerah terpencil di distrik Bandipora di Kashmir utara. Ia sangat khawatir akan hilangnya pakaian orang Gujjar. Ia menjadikannya misi untuk menghidupkan kembali budaya pakaian di kalangan pemuda Gujjar.

Khanum, seorang sarjana, telah membuka pusat latihan di desa Aragam di distrik Bandipora untuk melatih para pemuda Gujjar menjahit pakaian tradisional Gujjar.

"Pakaian tradisional kita menghilang karena penduduk muda tidak tahu bagaimana pakaian ini dijahit, dirancang atau dibuat. Jadi dari tahun ke tahun, budayanya menghilang dan tidak ada yang menghidupkan dan melestarikannya. Saya akan melestarikan dan mempromosikan budaya ini di antara penduduk Gujjar," kata Khanum kepada kantor berita ANI baru-baru ini.

Pakaian tradisional Gujjar yang dikenakan wanita antara lain topi rajut (lashka dalam bahasa Gojri), gaun panjang (kameez) dan selendang, sedangkan pria mengenakan shalwar kameez, rompi, angoo dan pagheri (penutup kepala).

Tidak ada pemuda Gujjar yang tahu cara menjahit dan membuat pakaian ini.

"Saya meminta bantuan beberapa wanita tua dari suku kami yang memberi tahu saya cara mendesain, menjahit dan merajut topi dan pakaiannya. Saya sudah mulai membuat produk ini di pusat dan sekaligus melatih gadis-gadis ini," ujar Khanum kepada ANI.

Menurut The News Mill, lebih dari 50 perempuan muda dilatih oleh Khanum di pusat tempat para peserta belajar menjahit, mendesain, menyulam gaun dan topi rajut untuk pria dan wanita Gujjar.

Peci tradisional yang dikenal dengan lashka, yang dikenakan oleh para wanita suku sangat berbeda dengan peci biasa. Sebuah lashka dijahit dari selembar kain, lalu disulam dengan benang warna-warni.

Menurut surat kabar harian Hindustan Times, wanita Gujjar mengenakan topi ini dan menutupi kepala mereka dengan mengenakan kerudung di atasnya, tetapi sekarang tradisi ini menghilang karena tidak ada wanita muda Gujjar yang memakai topi. Tapi para pemuda Gujjar sudah lupa cara membuat lashka.

"Karena wanita muda Gujjar tidak belajar merajut topi cantik ini, maka mereka juga tidak memakainya. Inilah tradisi dan budaya yang hilang, seperti halnya pakaian-pakaian seperti gaun warna-warni," ungkap Khanum kepada ANI.

Gadis-gadis Gujjar dilatih oleh Khanum di pusat menjahit, mendesain dan merajut pakaian.

"Kami akan dilatih untuk menghidupkan kembali pakaian budaya kami dan juga mencari nafkah," tutur Tahira, seorang siswa di pusat tersebut, kepada ANI.

Shahida Khanum berada di tempat pusat latihan untuk menjahit baju tradisional Gujjar di Jammu dan Kashmir. | Sumber: ANI
Shahida Khanum berada di tempat pusat latihan untuk menjahit baju tradisional Gujjar di Jammu dan Kashmir. | Sumber: ANI

Khanum mengatakan bahwa ia belum dibantu oleh pemerintah untuk bantuan keuangan melalui skemanya yang beragam.

"Saya mengambil pinjaman dari bank untuk membeli beberapa mesin dan peralatan lain yang diperlukan untuk membuka pusat ini. Saya menghubungi departemen kesejahteraan sosial dan urusan kesukuan untuk mendapatkan bantuan keuangan, tetapi saya belum mendapatkan dukungan apapun," papar Khanum.

Ia berharap untuk mendapatkan bantuan keuangan demi memperluas pusatnya dari Jammu dan Kashmir Khadi dan Dewan Industri Desa (KVIB).

"KVIB mendukung perempuan-perempuan seperti Shahida Khanum yang telah menjadi secercah harapan bagi gadis-gadis suku di Jammu dan Kashmir. Kami memiliki sejumlah skema di mana kami dapat membantu wanita seperti Khanum secara finansial," jelas Hina Shafi Bhat, Ketua KVIB, kepada ANI baru-baru ini.

Khanum melakukan pekerjaan mulia dengan menghidupkan kembali budaya Gujjar yang hampir hilang dan memberikan penghidupan kepada para wanita muda Gujjar.

Penulis adalah seorang jurnalis lepas yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun