Menurut The News Mill, lebih dari 50 perempuan muda dilatih oleh Khanum di pusat tempat para peserta belajar menjahit, mendesain, menyulam gaun dan topi rajut untuk pria dan wanita Gujjar.
Peci tradisional yang dikenal dengan lashka, yang dikenakan oleh para wanita suku sangat berbeda dengan peci biasa. Sebuah lashka dijahit dari selembar kain, lalu disulam dengan benang warna-warni.
Menurut surat kabar harian Hindustan Times, wanita Gujjar mengenakan topi ini dan menutupi kepala mereka dengan mengenakan kerudung di atasnya, tetapi sekarang tradisi ini menghilang karena tidak ada wanita muda Gujjar yang memakai topi. Tapi para pemuda Gujjar sudah lupa cara membuat lashka.
"Karena wanita muda Gujjar tidak belajar merajut topi cantik ini, maka mereka juga tidak memakainya. Inilah tradisi dan budaya yang hilang, seperti halnya pakaian-pakaian seperti gaun warna-warni," ungkap Khanum kepada ANI.
Gadis-gadis Gujjar dilatih oleh Khanum di pusat menjahit, mendesain dan merajut pakaian.
"Kami akan dilatih untuk menghidupkan kembali pakaian budaya kami dan juga mencari nafkah," tutur Tahira, seorang siswa di pusat tersebut, kepada ANI.
Khanum mengatakan bahwa ia belum dibantu oleh pemerintah untuk bantuan keuangan melalui skemanya yang beragam.
"Saya mengambil pinjaman dari bank untuk membeli beberapa mesin dan peralatan lain yang diperlukan untuk membuka pusat ini. Saya menghubungi departemen kesejahteraan sosial dan urusan kesukuan untuk mendapatkan bantuan keuangan, tetapi saya belum mendapatkan dukungan apapun," papar Khanum.
Ia berharap untuk mendapatkan bantuan keuangan demi memperluas pusatnya dari Jammu dan Kashmir Khadi dan Dewan Industri Desa (KVIB).
"KVIB mendukung perempuan-perempuan seperti Shahida Khanum yang telah menjadi secercah harapan bagi gadis-gadis suku di Jammu dan Kashmir. Kami memiliki sejumlah skema di mana kami dapat membantu wanita seperti Khanum secara finansial," jelas Hina Shafi Bhat, Ketua KVIB, kepada ANI baru-baru ini.