Menurut Nasheeman, kehidupan seorang peneliti bisa membuat stres tetapi semua stres hilang ketika tiba-tiba ia memahami satu butir kebenaran alam, yang belum dipahami orang lain.
"Perasaan telah berkontribusi pada kumpulan pengetahuan umat manusia ini benar-benar sangat kuat. Saat-saat 'euforia' ini adalah tujuan hidup seseorang! Inilah yang membuat semua peneliti termotivasi," tutur Nasheeman.
Beliau memiliki beberapa saran untuk wanita yang ingin mengejar karir mereka di STEM.
"Hal-hal mungkin tampak sulit tetapi itu bukan berarti tidak mungkin. Hadapi masalah besar secara langsung, jelajahi setiap aspek secara menyeluruh dengan sendiri atau bersama-sama dan jangan menyerah," kata Nasheeman.
Di Indonesia, kita memiliki beberapa ilmuwan wanita berbakat. Diantaranya adalah Prof. Adi Utarini.
Menurut CNBC Indonesia, Ibu Adi, seorang profesor kedokteran, memimpin uji coba perintis dari sebuah teknologi yang dapat membantu memberantas demam berdarah, penyakit yang menyerang hingga 400 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Hasil penelitian Adi dan timnya berhasil mengurangi kasus demam berdarah hingga 77 persen di beberapa kota besar di Indonesia. Sebuah penemuan yang manfaatnya telah diakui dunia.
Satu lagi adalah Ibu Tri Mumpuni yang mengembangkan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di daerah terpencil. Ia bekerja sebagai Direktur Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA).
Melalui IBEKA, Ibu Tri telah membangun setidaknya 65 PLTMH di desa-desa terpencil di berbagai pelosok Nusantara.
Berkat jasanya, desa terpencil yang awalnya gelap gulita menjadi terang benderang. Karya Tri Mumpuni tentunya patut mendapat pengakuan Indonesia dan seluruh dunia.
Penulis adalah seorang jurnalis lepas yang berbasis di Bekasi, Jawa Barat.