Mohon tunggu...
SALMAN FARIS
SALMAN FARIS Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Karena sudah telanjur ada, maka mestinya tidak sekadar ada.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sasak dalam Amuk Deras Neoliberalisme (Inspired by Profit Over People: Neoliberalism and Global Order by Noam Chomsky)

30 Desember 2024   13:48 Diperbarui: 30 Desember 2024   13:48 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Maka, tidak heran jika di suatu negara tiba-tiba pemimpin tertinggi mereka ialah orang paling bodoh di antara mereka. Rakyat yang mempunyai kedaulatan, dirampas oleh satu sistem tunggal yang digerakkan oleh para neolib melalui tangan tanpa sarung mereka yakni, para politisi. Misalnya melaui apa yang kita kenali dengan sistem ambang batas. Sampai di sini, menjadi jelas, bukan? Neoliberalisme lebih kejam dibandingkan fasisme. Jika fasisme membunuh manusia degan senjata, misalnya. Neoliberalisme membiarkan manusia hidup dalam keterjajahan, ketertindasan, penderitaan, ketergantungan yang tiada batas kepada sekelompok kecil neolib sekaligus membunuh mereka atas nama perang layaknya fasisme.

Robert W. McChesney dengan jelas menyatakan, "in sum, neoliberalism is the immediate and foremost enemy of genuine participatory democracy, not just in the United States but across the planet, and will be for the foreseeable future". Mengerikan, bukan? Namun begitulah kita saat ini. Kita berada dalam situasi yang benar-benar sudah dalam skenario tanpa batas episode kesengsaraan, kekalahan, kegadudan, huru-hura yang dibuat oleh kelompok kecil penguasa uang tanpa seri tersebut.

Karena Sasak berada dalam satu dari belahan dunia, maka ia pun tak lepas dari apa yang disebut Chomsky sebagai “Washington Consensus,” yang memaksakan siapa pun di muka bumi ini merujuk kepada tatanan global yang bersifat tunggal. Sasak sudah terjerat ke dalam Washington konsensus yang dibuat oleh Amerika bersama institusi keuangan internasional yang memang bertujuan mendominasi ekonomi dunia. Sebagaimana bangsa lain, Sasak juga terperangkap ke dalam empat ciri watak dasar konsensus jahat tersebut yakni liberalisasi perdagangan dan keuangan, membebaskan pasar menentukan harga apa pun, inflasi, dan privatisasi sebagaimana yang dikatakan oleh Chomsky;

"The neoliberal Washington consensus is an array of market oriented principles designed by the government of the United States and the international financial institutions that it largely dominates, and implemented by them in various ways—for the more vulnerable societies, often as stringent structural adjustment programs. The basic rules, in brief, are: liberalize trade and finance, let markets set price (“get prices right”), and inflation (“macroeconomic stability”), privatize." 

 

Beberapa penampakan kekuatan para neolib yang secara jelas dijumpai di tengah orang Sasak. Kelompok kecil ini menguasai perdagangan dan keuangan melalui kemampuan mereka menjajah pemerintah daerah untuk mengizinkan mereka mendirikan mini market secara menyeluruh hingga ke tempat kencing orang Sasak. Alfamart dan Indomaret dengan mudah dijumpai di perkampungan paling miskin sekalipun dengan tujuan agar pasar tradisional yang sebelumnya sebagai pusat dan roda pergerakan ekonomi kerakyatan lumpuh total.

Akhirnya, huru hara ekonomi orang Sasak berlaku. Hal ini terutama ketika pemerintah daerah berambisi atas nama pemenuhan nafsu para neolib untuk mengubah sistem pasar tradisional yang sebelumnya sangat kuat menopang ekonomi orang Sasak untuk merujuk kepada tatanan global. Infrastruktur pasar tradisional diperbarui mengikuti tatanan global. Biaya sewa yang sebelumnya amat murah kemudian berubah sangat mahal karena infrastruktur pasar telah berubah mengikuti tatanan global. Sebelumnya, setiap orang Sasak yang ingin berjualan dibebaskan memilih tempat berubah mengikuti tatanan global. Yang boleh berjualan hanya mereka yang membayar sewa, tidak boleh berjualan di luar area pasar bertatanan global. Pedagang tradisional banyak kehilangan kesempatan dan tempat yang, ujungnya mereka menjadi orang Sasak miskin baru.

Di samping itu, pemerintah daerah berlomba-lomba mengemis para neolib untuk mendirikan super market tanpa peduli rakyat mereka sudah dipalang kemiskinan yang kejam. Supermarket dengan sistem tatanan global itu akhirnya benar-benar menguasai pasar sekaligus citra. Orang-orang Sasak yang lebih mapan secara ekonomi yang secara habit makan serabi di pinggir jalan sambil menikmati asap masak serabi dan siulan burung alamiah, kemudian bertukar gaya hidup dengan memilih makan serabi di kafe yang berjejer di super market.

Orang Sasak yang sedikit mapan tersebut sudah terbelenggu oleh produk jahat para neolib yang mencerangkang pemerintah daerah. Dengan begitu, gaya hidup mereka pun berubah yang tanpa mereka sadari berdampak kepada musnahnya pedagang serabi langganan mereka di pinggir jalan. Seperti yang dikehendaki oleh tatanan global, semua orang mempunyai tugas yang sama yakni memiskinkan satu sama lain. Pemenang ialah mereka yang menghambakan diri kepada sistem tatanan global. Dan yang menjadi raja dari semua orang yang menang itu ialah kelompok kecil penguasa tatanan global.

Seterusnya, melalui janji surgawi yang sebenarnya amat palsu, orang Sasak bergembira ria, ikut berpesta dalam slogan-slogan semu “kemajuan” pada derap pembangun KEK Mandalika. Sungguh orang Sasak tak benar-benar menyadari yang, KEK Mandalika ialah ladang surgawi bagi para neolib sekaligus pintu masuk bertiangkan emas berlian bagi para neolib benar-benar mengusai ekonomi orang Sasak. Mengontrol secara mutlak melalui sistem undang-undang untuk menghancurkan pertahanan kebudayaan orang Sasak.


Kute dan kawasan sekitarnya yang menakjubkan itu, yang sebelumnya menjadi milik merdeka orang Sasak kini sudah diprivatisasi. Mula-mula para neolib, melalui tangan pemerintah daerah menguasai tanah, baik secara kompromi maupun secara paksa. Pada saat bersamaan, hak hidup atas tanah tersebut sudah tidak lagi milik orang Sasak. Mereka kehilangan kapital sekaligus sejarah. Mereka kehilangan kebudayaan sekaligus falsafah.  Mereka kehilangan diri sekaligus martabat.

Berikutnya, KEK Mandalika dikonstruksi berdasarkan standar tatanan global. Dalam pasal ini, orang Sasak samasekali tidak dirujuk karena mereka ialah pasar alias konsumen yang sudah kehilangan hak atas tanah di Kute. Hotel dibangun sekaligus gaya hidup baru. Harga apa pun sudah tidak lagi mengacu kepada orang Sasak. Dengan begitu, sudah tak ada kemungkinan untuk orang Sasak dapat menikmati remah-remah surgawi itu karena KEK Mandalika memang dibangun atas dasar prinsip tatanan global. Segala yang ada di dalamnya, semua sistem yang ada padanya dibuat hanya untuk mereka yang berkiblat kepada tatanan global. Siapa yang menentang, disikat habis hingga ke akar-akar. Tentu saja senjata utama ialah undang-undang.

Apakah penguasaan tersebut berhenti sampai di kawasan KEK Mandalika. Tentu saja, sudah pasti tidak. Tidak dinamakan neoliberalisme kalau bukan lintah darat yang total dalam kekejaman berwajah pembangunan. Karena itu, secara perlahan mereka akan melebarkan kawasan KEK Mandalika dengan alasan KEK Mandalika sudah tidak muat lagi menampung selera para pemburu kepuasan. Maka mau tidak mau, gunung-gunung, desa-desa yang ada di sekitarnya, yang sekarang sebagian merupakan tempat pindah orang Sasak yang sudah tersingkir dari tanah mereka, dikuasai melalui undang-undang pemerintah daerah.

Bahkan, lihat saja bagaimana beberapa bukit di kawasan Kute yang sudah dikuasai asing untuk mendirikan vila mewah. Tak lama lagi, mereka akan turun menyisir desa karena ekspansi ekonomi sudah penuh sesak di atas bukit-bukit tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun