Hanya dengan melewati gelapnya malam, kita akan bertemu terangnya fajar
Bersinar dalam Gelap Seringkali awak ini mengeluh, lagi dan lagi. Entah itu gegara masalah rezeki, keluarga teman kerja, klasik. Seakan dunia ini isinya hanya derita yang tiada akhir. Sambat yang berputar disitu-situ terus. Orang bilang terperangkap dalam lingkaran setan.Â
Disisi lain seringkali dan terutama bada shalat kita membaca doa sapujagatÂ
"Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa api neraka".\
Tapi, adakah orang yang keadaannya baik-baik terus?Â
Hakikat UjianÂ
Adakah manusia yang hidup tanpa masalah? Bukankah hakikat hidup itu ujian? Artinya, kita akan selalu dihadapkan dengan masalah. Apalagi bagi seorang salik fillah, ujian sudah menjadi makanan pokok. Bagi seorang pejuang di jalan Allah SWT, sambutannya bukan karpet merah, aplaus puja-puji, tapi justru cobaan yang datang bertubi-tubi.Â
Lihat Nabi-nabi yang tergolong Ulul Azmi, mereka itu yang paling berat cobaannya. Nuh as diuji dengan umatnya yang bebal, berdakwah hampir seribu tahun tak jua bersambut. Ibrahim as disanksi masuk kobaran api, oleh Namrud, Raja yang musyrik. Musa menghadapi Firaun yang zhalim dan mengaku sebagai tuhan. Isa meregang tergantung di tiang salib. Adapun Nabi Muhammad dakwah globalnya justru dihadang kaum jahiliyah yang tak lain kerabatnya sendiri.
Estafet langkah-langkah besar itu pun berlanjut, Umar Mukhtar digantung penjajah Italia. Syekh Abdul Fattah harus meninggalkan kampung halaman selama 12 tahun untuk mencari Guru Mursyid. Diponegoro, kalau mau dia ya tinggal saja di kerajaan sebagai Pangeran yang dihormati. Tinggal duduk nyaman sambil menghitung-hitung hartanya. Tapi, tentu saja sejarah tidak akan mencatatnya, sebagai Pahlawan Nasional.Â
Ujian lahir berupa peperangan, penyiksaan, penahanan hingga kematian. Ujian batin  menguras airmata pun harus diterima, pengasingan, teror dan intimidasi . Seringkali kita dapati orang-orang yang mengajak pada kebaikan justru ditolak, diasingkan atau penjara. Perjalanan berat karena jauhnya jarak antara realita dan cita-cita.  Pangkalnya jauh ujungnya belum tiba.Â
Kegigihan dan semangat pantang menyerah itulah yang membuat para pahlawan bersinar. Jejak sejarah mereka menerangi langkah generasi berikutnya. Sebaliknya, zona nyaman itu bisa bikin lalai. Terus dimanja oleh keadaan, mental jadi lemah karena tidak terbiasa menghadapi kejutan, kreativitas pun tumpul.Â
Justru teknologi itu banyak muncul dalam dunia kemiliteran, seperti drone dan jembatan. Akal raksasa itu memunculkan teknologi yang timbul karena keterdesakan. Ada juga teknologi yang muncul karena tekanan, dilecehkan atau kebutuhan. Seorang sufi menemukan kopi, karena ingin melawan kantuk, bahkan sikat gigi ditemukan dari seorang yang dipenjara. Terjepit membuat kita kreatif.Â
Tak hanya berbicara masalah pahlawan dan sejarahnya, dongeng Cinderela, Bawang Merah Bawang Putih adalah mereka yang bersinar dalam kegelapan. Sabar menghadapi derita dan cobaan. Meski hidup bukanlah dongeng. Sirah Islam cukup kaya dengan kisah-kisah pahlawannya yang bisa dipetik ibrohnya. Sabar yang tanpa tapi dan tak bertepi. Hanya dengan melewati gelapnya malam, kita akan bertemu terangnya fajar.
Dalam jenjang beladiri, Sabuk hitam dalam karate, atau sabuk putih dalam silat mereka pasang setelah melewati serangkaian ujian. Berlatih bersimbah keringat  dan mengucur dalam sabung tanding. Jadi seseorang akan bernilai sejauhmana tantangan yang berhasil dia lewati. Demikian pula seorang salik akan meraih maqamnya setelah melewati masa-masa ujian. Itulah arti sebenarnya dari pencerahan. Â
Hanya dengan melewati gelapnya malam, kita akan bertemu terangnya fajar. Ujian harus dilewati setiap murid agar naik kelas. Untuk menjadi juara sejati juga dinilai dari prosesnya. Cara untuk mengatasi ujian adalah dengan mengerjakannya, mengatasi cobaan adalah dengan melewatinya. Untuk menikmati bintang ya harus di malam hari. Â
Sebagaimana ungkapan Mursyid Tarekat Idrisiyyah, Syekh Akbar Muhammad Fathurahman, "Bintang akan semakin terang apabila malam semakin pekat."
Salman Al Farizi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H