Jika saja dia tertidur di Majelis zikir, siapa pun akan maklum karena dia sudah sepuh. Padanya aku belajar, kantuk itu harus dilawan, zikir itu menghidupkan. Hawa nafsu bukan untuk dituruti. Bagiku dia lelaki hebat karena berhasil menunggangi nafsunya. Karena persoalan ngantuk bukan sepele. Coba apa hebatnya, lelaki dengan pertu six pack, tapi sedang mengantuk?
"Pak cepat, shalat jenazah segera dimulai...." katanya memanggilku dari balik dinding joglo.
Jadi sepagi ini dia sudah selesai Majelis Ilmu dan Zikir, 'bersedekah' memperbaiki saluran air dan bersegera menyalatkan jenazah. Amboi, sekarang dia memerankan diri laksana Abu Bakar as Shidiq yang berkumpul kebaikan dan selalu mendahului Umar dalam menyambut seruan Nabi saw.
"Iya Kong, sebentar saya nyusul!" aku menyambut ajakannya. Masak sih aku kalah, bisik hati kecilku sekadar untuk menepis keraguan. Mata masih berat euy.
Nah, tambah satu lagi amalnya si Engkong, berdakwah menyeru orang untuk berbuat baik.
Engkong di usianya yang tak lagi muda, dia terus berupaya menambah tabungan pahalanya. Inilah makna sebenarnya dari umur yang barokah: Terus bergerak! Jelas aku cemburu padanya, iri dengan cintanya yang begitu besar pada sesama. Pada rabithahnya yang tak putus kepada Guru. Pada kemauannya, bersegera memenuhi perintah Guru.
Di depan mayit, diantara doa-doa kepada jenazah. Aku selipkan doa, semoga di akhirat kelak dia masih mengenali aku. Syukur-syukur aku bisa menjadi tetangga Si Tukang Sampah ini. Bersama di Surga-Nya Allah SWT, seperti ketika di dunia ini.
SALMAN AL FARIZI
Note:
1. Kampung Akhirat, sebutan untuk Pondok kami (Pondok Tarekat Idrisiyyah), artinya Kampung yang mengingatkan kami pada Akhirat (Allah SWT)
2. Takhalli, Proses mengosongkan jiwa dari terutama Ego diri sendiri atau keinginan lain selain Allah SWT