- Jeli terhadap bahasa tubuh dan respon anak. Jika anak terlihat tidak nyaman dengan candaan atau sikap kita, berhentilah melakukannya. Beri ruang untuk anak melakukan kemandirian, bereksplorasi dan berekspresi selama tidak melanggar value dalam keluarga Bantu anak menemukan minat dan bakatnya. Ketika seseorang mengerjakan minatnya dan menggali bakatnya, ia akan "berani tampil" dengan sendirinya.
- Responsif terhadap apa yang disampaikan anak. Dimulai dari attachment di usia 0-2 tahun melalui menyusui, gendongan, sentuhan sayang, responsif termasuk pada tangisannya dan bahasa tubuhnya, komunikatif baik melalui kata-kata, senyuman, pandangan mata, dll.
- Buat anak nyaman dengan dirinya sendiri dan hindari labelling. Hati-hati terhadap labelling dan kritikan yg dipercayai anak. Kata-kata kita bisa menjadi inner voice mereka di kemudian hari. Kita juga bisa menetralisir persepsi anak ketika ia melabel dirinya sendiri atau mendapat labelling dari orang lain.
"nakal", "iya, anaknya pemalu", "susah banget dikasih tau", "A sukanya marah-marah nih", "sakit terus sih kamu", "kita tuh ngga punya uang, jangan minta macam-macam", "kamu ngga bisa melakukan ini", "emang ngga bisa rapih ya kamu!", "malas banget sih"
"Bukan ngga bisa, A belum bisa ya? Mau coba sekarang?", "Gpp sekarang A lagi sakit karena.., nanti InsyaAllah sehat. yuk berdoa", "Gpp kalau belum nyaman ngobrol dengan orang yang jarang bertemu, itu namanya bukan pemalu"
- Hindari membanding-bandingkan anak. Masih banyak cara memotivasi anak yang tidak mempengaruhi harga dirinya.
"kayak kakak dong, bisa ngerjain ini itu", "tuh adek aja berani", "Si A aja bisa ranking 1 masa kamu kalah"
- Hindari "melekatkan" materi, penampilan, ataupun pencapaian pada harga diri anak.
"Jangan pakai baju yang itu, nanti malu jelek banget kata orang", "Ini merk ******
keren nih kak, coba deh.. Tuh kan, keren kl pakai ini", "Kamu cantik sebenarnya, tapi wajah kamu kusam tuh dirawat dong", "hebat banget, ini baru anak papa nih juara 1 di kelas"
- Terima kegagalan anak dan tidak reaktif terhadap kesalahan anak. Pesannya harus jelas bahwa: