Nama : Salma Nada Fadhila
NIM Â Â : 21107020061
Prodi : Sosiologi B
UTS Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern
Penulis telah melakukan wawancara dengan seorang bendahara di paguyuban sebuah desa di Bantul, DIY. Di desa ini terdiri dari beberapa dua RT, saat memperingati hari kemerdekaan Indonesia pada 17 agustus biasanya diadakan lomba secara gabungan dari beberapa RT tersebut. Namun, pada hari kemerdekaaan tahun 2022, masyarakat salah satu RT meminta ijin kepada ketua paguyuban untuk mengadakan lomba untuk RT nya sendiri. Tanpa meminta pendapat pengurus paguyuban lain dan anggota, ketua paguyuban memberikan ijin kepada masyarakat RT tersebut. Jadi ketua paguyuban tersebut mengambil keputusan sendiri, padahal hal itu dapat menyebabkan perpecahan antarwarga desa tersebut.
Penulis menganalisis  masalah ini dengan teori konflik Randall Collins yang berfokus pada stratifikasi sosial. Sebelum itu, penulis akan mengajak pembaca untuk berkenalan dengan Randall Collins. Randall Collins lahir di Amerika, pada 29 Juli 1941. Ayahnya bekerja sebagai intelejen militer pada akhir perang dunia 2, lalu bergabung dengan Departemen Luar Negeri sebagai perwira yang bertugas di luar negeri.Â
Collins memasuki sekolah dasar di New England. Pada saat itu Collins menyadari adanya realitas sosiologis, yaitu adanya stratifikasi. Anak-anak para menteri dan duta besar menyadarkan Collins bahwa status mereka dengannya berbeda. Collins melanjutkan pendidikan ke Harvard. Di Harvard, Collins berulangkali mengganti jurusannya. Akhirnya, ia mengambil jurusan dalam relasi sosial yang meliputi sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial. Dan mengikuti perkuliahan Talcott Parsons.
Penulis mengenal teori konflik Randall Collins dari jurnal yang ditulis oleh Dara Windiyarti dengan judul "Konflik Sosial Dalam Novel Tiba-Tiba Malam Karya Putu Wijaya: Kajian Sosiologis". Jurnal ini mengambil dari buku Collins yang berjudul Conflict Sosiology (1975), Randall Collins (Ritzer, 2005:160), mengatakan bahwa kontribusi utama untuk teori konflik adalah menambah analisis tingkat mikro terhadap teori yang bertingkat makro. Ia mencoba menunjukkan bahwa stratifikasi dan organisasi didasarkan atas interaksi kehidupan sehari-hari. Ia mengatakan bahwa konflik adalah proses sentral dalam kehidupan sosial.
Collins mendekati konflik dari sudut pandang individu karena akar teoritisnya terletak dalam fenomenologi dan etnometodologi, sementara teoritisi lainnya memulai dan tetap menganalisis dari level kemasyarakatan. Collins cenderung melihat struktur sosial tidak dapat dipisahkan dari aktor yang membangunnya, dan yang mana pola interaksinya adalah esensi struktur sosial. Ia cenderung melihat struktur sosial lebih sebagai pola interaksi ketimbang sebagai kesatuan ekternal dan imperatif.
Collins memilih memusatkan perhatian pada stratifikasi sosial karena stratifikasi sosial adalah institusi yang menyentuh begitu banyak ciri kehidupan, seperti kekayaan, politik, karier, keluarga, klub, komunitas, dan gaya hidup. Dalam pendekatan konflik stratifikasi, Collins bertolak dari beberapa asumsi. Orang dipandang mempunyai sifat sosial (sociable), tetapi juga mudah berkonflik dalam hubungan sosial mereka. Ia yakin bahwa orang berupaya untuk memaksimalkan "status subjektif" mereka dan kemampuan untuk berbuat demikian bergantung pada sumber daya mereka maupun sumber daya orang lain dengan siapa mereka berurusan. Ia melihat orang mempunyai kepentingan sendiri-sendiri; jadi benturan mungkin terjadi karena kepentingan-kepentingan itu pada dasarnya saling bertentangan.
Colinns (Ritzer, 2005:162-164), mengembangkan lima prinsip analisis konflik yang diterapkan terhadap stratifikasi sosial, meski ia yakin bahwa kelima prinsip itu dapat diterapkan di setiap bidang kehidupan sosial. Pertama, teori konflik harus memusatkan perhatian pada kehidupan nyata katimbang formulasi abstrak, lebih mengarah ke gaya analisis material Marxian katimbang gaya abtraksi fungsionalisme struktural. Kedua, teori konflik startifikasi harus meneliti dengan seksama susunan material yang mempengaruhi interaksi. Ketiga, dalam situasi ketimpangan, kelompok yang mengendalikan sumber daya kemungkinan akan mencoba mengeksploitasi yang sumber dayanya terbatas. Keempat, perlu melihat fenomena kultur seperti keyakinan dan gagasan dari sudut pandang kepentingan, sumber daya, dan kekuasaan. Kelima, harus melakukan studi ilmiah tentang stratifikasi dan setiap aspek kehidupan lainnya.
Dalam pemahaman penulis, teori konflik Randall Collins berfokus pada stratifikasi sosial. Penulis juga memahami bahwa Collins melihat konflik bukan secara makro saja, namun secara mikro juga. Stratifikasi sosial terjadi karena interaksi antarindividu dengan memandang kekuasaan, kepentingan, kekayaan dan status sosial yang ingin dicapai dalam suatu kelompok. Dalam suatu kelompok tersebut orang akan memaksimalkan status yang ia miliki.
Dalam menganalisis masalah yang telah penulis sebutkan di awal, penulis melihat bahwa ketua paguyuban tersebut sedang memaksimalkan statusnya sebagai seorang ketua di paguyuban desa tersebut. Hal ini menimbulkan konflik antarindividu pengurus di dalam paguyuban. Pengurus, seperti bendahara tersebut merasa tidak dihargai statusnya karena tidak diajak berdiskusi mengenai pengambilan keputusan tersebut. Sedangkan bendahara dan pengurus lain juga memiliki kepentingan untuk memaksimalkan statusnya dalam sebuah paguyuban tersebut. Hal ini juga dapat menimbulkan konflik antar masyarakat karena perpecahan yang ditimbulkan karena pemberian ijin secara sepihak oleh ketua paguyuban tersebut.
Sumber :
Ritzer, George. 2012. "Teori sosiologi: dari sosiologi klasik sampai perkembangan terakhir postmodern". Yogyakarya : Pustaka Pelajar (edisi ke delapan)
Windiyarti, D. (2013). Konflik Sosial Dalam Novel Tiba-Tiba Malam Karya Putu Wijaya: Kajian Sosiologis. SEMIOTIKA, 14(1), 2013:55-67.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H