Mohon tunggu...
salman fawwaz
salman fawwaz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

saya adalah Mahasiswa Program Studi Gizi Universitas Airlangga dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Membangun Kesehatan yang Adil dan Beretika, Tantangan Kecerdasan Buatan Dalam Perawatan Kesehatan Digital

8 Januari 2025   11:50 Diperbarui: 8 Januari 2025   11:50 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Membangun Kesehatan yang Adil: Etika, Keadilan, dan Tantangan Kecerdasan Buatan dalam Perawatan Kesehatan Digital

Kesehatan digital, yang mencakup penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang medis, telah mengubah cara kita mendekati perawatan kesehatan di seluruh dunia. Berbagai inovasi seperti rekam medis digital, aplikasi kesehatan, perangkat medis pintar, dan kecerdasan buatan (AI) telah memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan diagnosis, pengobatan, dan penelitian medis. Namun, meskipun membawa banyak manfaat, kesehatan digital juga menghadirkan tantangan baru, terutama dalam hal keadilan, etika, dan hukum.

Kemajuan dalam teknologi medis, seperti AI, rekayasa genetika, dan perangkat medis canggih, memberikan peluang besar untuk perbaikan dalam sistem perawatan kesehatan. AI, misalnya, mampu menganalisis data medis dengan cepat dan akurat, membantu dokter dalam diagnosis yang lebih tepat dan pengobatan yang lebih efisien. Begitu juga dengan rekam medis digital yang memungkinkan penyimpanan dan akses data medis pasien secara lebih terorganisir, mempermudah kolaborasi antar profesional medis, dan meningkatkan perawatan yang lebih terintegrasi.

Namun, meskipun teknologi ini memiliki potensi besar, ada sejumlah isu etis yang perlu dipertimbangkan, terutama dalam hal keadilan, privasi, dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis peluang dan tantangan dari sudut pandang etika dengan fokus pada dimensi keadilan sebuah nilai inti dalam kesehatan masyarakat.

Salah satu aspek terpenting dalam diskusi etika di bidang kesehatan digital adalah keadilan. Konsep keadilan dalam perawatan kesehatan mengacu pada perlakuan yang setara bagi semua individu tanpa adanya diskriminasi. Dalam konteks kesehatan digital, keadilan harus memastikan bahwa teknologi yang digunakan dalam perawatan kesehatan tidak menciptakan ketidaksetaraan atau memperburuk kesenjangan yang ada. Tidak semua kelompok masyarakat memiliki akses yang setara terhadap teknologi digital, baik karena alasan ekonomi, geografis, atau keterbatasan infrastruktur. Oleh karena itu, pendekatan yang adil sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa setiap orang dapat memanfaatkan manfaat dari inovasi kesehatan digital tanpa terkecuali.

Norman Daniels, seorang ahli dalam etika kesehatan, mengemukakan bahwa keadilan dalam kesehatan mencakup dua elemen penting: pertama, setiap individu harus memiliki kesempatan yang setara untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal; kedua, masyarakat harus bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap orang mencapai potensi kesehatannya. Dalam kerangka ini, kesehatan digital dan kecerdasan buatan harus dipandang sebagai sarana yang dapat meningkatkan akses dan kualitas perawatan, tetapi juga harus diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan ketidakadilan, seperti memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi.

Norman Daniels, seorang ahli dalam etika kesehatan, mengemukakan bahwa keadilan dalam kesehatan mencakup dua elemen penting: pertama, setiap individu harus memiliki kesempatan yang setara untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal; kedua, masyarakat harus bertanggung jawab untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap orang mencapai potensi kesehatannya. Dalam kerangka ini, kesehatan digital dan kecerdasan buatan harus dipandang sebagai sarana yang dapat meningkatkan akses dan kualitas perawatan, tetapi juga harus diatur sedemikian rupa agar tidak menimbulkan ketidakadilan, seperti memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi.

Dengan semakin terhubungnya sistem perawatan kesehatan digital, masalah privasi dan keamanan data menjadi sangat penting. Data medis pasien, yang sangat sensitif, sering kali disimpan dan diproses oleh berbagai platform digital. Perlindungan terhadap data pribadi ini harus menjadi prioritas utama, karena kebocoran atau penyalahgunaan data dapat memiliki konsekuensi yang sangat merugikan bagi pasien. Dalam konteks ini, isu mengenai siapa yang berhak mengakses dan menggunakan data medis pasien juga perlu diatur dengan ketat.

Penggunaan data medis untuk penelitian atau pengembangan teknologi juga menghadirkan tantangan etis terkait persetujuan informir. Pasien harus diberi pemahaman yang jelas mengenai bagaimana data mereka akan digunakan, serta hak mereka untuk menarik persetujuan kapan saja tanpa dampak negatif terhadap perawatan mereka.

Selain aspek etika, isu hukum juga sangat relevan dalam kesehatan digital dan kecerdasan buatan. Hak pasien untuk mendapatkan akses yang adil terhadap teknologi medis dan informasi kesehatan merupakan salah satu topik utama dalam diskusi hukum. Selain itu, di bidang penelitian klinis, perlindungan terhadap hak-hak dan kesejahteraan subjek penelitian harus menjadi prioritas utama. Prosedur hukum yang jelas harus ada untuk menghindari penyalahgunaan teknologi medis dalam eksperimen manusia.

Keseimbangan antara hak individu dan kepentingan umum juga menjadi isu hukum yang kompleks. Meskipun teknologi kesehatan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, penggunaan teknologi ini tidak boleh merugikan hak individu, seperti hak atas privasi dan otonomi dalam pengambilan keputusan medis.

Studi Kasus dan Refleksi Etis

Pada pertengahan tahun 2018, SingHealth, sebuah institusi penyedia layanan kesehatan terbesar di Singapura, mengalami serangan siber yang mengakibatkan pencurian data pasien sebanyak 1,5 juta orang. SingHealth adalah kelompok lembaga layanan kesehatan yang terdiri dari empat rumah sakit umum, tiga rumah sakit komunitas, lima pusat spesialis nasional, dan delapan poliklinik. Singapore General Hospital (SGH) merupakan rumah sakit terbesar dalam kelompok ini dan juga berfungsi sebagai rumah sakit utama untuk klaster tersebut. Data pasien yang terdampak oleh serangan ini adalah data pasien yang mengunjungi klinik pada periode 1 Mei 2015 hingga 4 Juli 2018. Selain itu, 160.000 resep obat juga tercuri, termasuk resep yang berisi informasi mengenai pengobatan untuk Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong.

Prinsip etika kesehatan memegang peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan antara hak pasien, kewajiban tenaga kesehatan, dan kebutuhan masyarakat. Prinsip-prinsip ini, seperti kerahasiaan informasi pasien (confidentiality), otonomi pasien dalam pengambilan keputusan medis, serta memastikan tidak adanya bahaya bagi pasien (non-maleficence), adalah landasan untuk membangun kepercayaan antara pasien dan penyedia layanan kesehatan. Kepercayaan ini sangat penting dalam menjaga hubungan yang sehat antara pasien dan tenaga medis, serta memastikan bahwa layanan kesehatan diberikan dengan penuh integritas dan tanggung jawab.

Pada kasus SingHealth, beberapa prinsip etika kesehatan yang dilanggar adalah Confidentiality, Non-Maleficience, dan Justice. Investigasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa SingHealth bertanggung jawab atas kebocoran data pasien karena kelemahan yang terungkap pada sistem keamanan IT mereka. Kurangnya pembaruan pada sistem keamanan serta respon yang lambat terhadap serangan tersebut menyebabkan pencurian data pasien yang mengunjungi klinik dalam periode tersebut. Kejadian ini menunjukkan pentingnya pemeliharaan dan pembaruan sistem keamanan yang memadai, serta tindakan cepat dan tepat dalam menghadapi ancaman.

Serangan siber ini membawa dampak serius bagi pasien, institusi kesehatan, dan sistem layanan kesehatan secara keseluruhan. Pasien yang datanya dicuri menjadi sangat rentan terhadap penyalahgunaan informasi pribadi mereka, termasuk potensi penipuan atau kejahatan identitas. Kehilangan rasa aman ini dapat mengurangi kepercayaan pasien terhadap institusi kesehatan, yang pada gilirannya mempengaruhi proses pelayanan medis. Kepercayaan antara pasien dan tenaga medis sangat penting untuk memastikan bahwa pasien merasa nyaman mengungkapkan informasi pribadi atau medis yang sensitif. Data yang akurat dan lengkap memungkinkan tenaga medis memberikan diagnosis yang tepat dan perawatan yang efektif. Tanpa kepercayaan ini, hubungan pasien dengan tenaga medis dapat

Kasus kebocoran data SingHealth menekankan pentingnya penerapan prinsip etika kesehatan dalam pengelolaan teknologi informasi di sektor kesehatan. Perlindungan terhadap data pasien dan pemeliharaan sistem keamanan yang baik harus menjadi prioritas bagi institusi kesehatan guna menjaga integritas dan kepercayaan pasien. Serangan siber ini juga menggarisbawahi perlunya perhatian yang lebih besar terhadap transparansi, respons yang cepat, dan pembaruan teknologi secara berkala dalam memastikan keamanan data. Dalam konteks ini, institusi kesehatan harus bertanggung jawab penuh terhadap keamanan data pasien dan memastikan bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam pengelolaan data pasien dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh integritas dan profesionalisme. Kepercayaan yang terjaga akan memastikan hubungan yang sehat dan kualitas perawatan yang lebih baik bagi pasien. terganggu, yang berpotensi mengurangi kualitas perawatan dan kesehatan secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun