Mohon tunggu...
SALMAN
SALMAN Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh Pendidikan

#Pulang Dengan Bahagia

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Biru: Awal dari yang Kedua (Sebuah Catatan Perjalanan ke Negeri Napoleon)

27 November 2023   12:24 Diperbarui: 27 November 2023   12:37 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesempatan itu datang kembali setelah Institut Franais d'Indonsie mengumumkan di grup pengajar bahasa Prancis bahwa akhir tahun 2023 ini ada seleksi guru bahasa Prancis yang akan mengikuti pelatihan di kota Vichy Prancis. Pengumuman yang tepat berlangsung limas belas hari sebelum ulang tahunku yang ke 37 dan hasil seleksi akan disampaikan pada 20 Oktober tepat hari kelima setelah ulang tahunku. Terus terang sebenarnya aku cukup ragu mengikuti seleksi ini karena ada program yang harus segera diselesaikan di akhir tahun. Tapi jiwa ambisius yang sudah lama terkubur tiba-tiba bangkit kembali dan tak mungkin melewati kesempatan ini.

          Prosesnya pun dimulai, ku baca satu persatu persyaratan yang dibutuhkan untuk mengikutinya. Alhamdulillah hampir semua sudah terpenuhi karena memang tidak begitu ribet. Ini yang kusuka dari birokrasi negaranya Napoleon, tidak suka ribet dengan administrasi yang kadang tidak perlu. Tapi, waduh, gawat, gimana nih ya, pasporku habis berlakunya di bulan November 2023, dan kerennya di Indonesia ini bisa mengurus paspor dengan gampang cukup ambil antrian di aplikasi. Permasalahannya, di bulan Oktober ini sudah penuh dan tidak bisa mengambil antrian lagi. Tapi tenang, selalu ada solusi yaitu jalur istimewa percepatan paspor. Jalur ini legal ya bukan dari calo, walaupun harganya lebih mahal daripada jalur biasa. Alhasil dalam hitungan jam pasporpun selesai dan proses pendaftaranpun dilakukan.

          Hari yang dinantipun tiba, ada perasaan berdebar-debar akan hasil dari proses seleksinya. Walaupun awalnya tidak terlalu berharap karena statusku sudah pernah mengikuti pelatihan ini di kota dan kampus yang sama pada 2010 yang lalu. Tapi tetap saja, ikhtiar sudah dan tinggal do'a yang terus dikencangkan. Bahkan aku sampai bernazar jika saja lolos dalam proses seleksi tahun ini maka aku akan berpuasa satu minggu penuh. Dan Alhamdulillah sungguh Maha Besar Allah, dari lima orang guru yang lolos seleksi terdapat emailku didalamnya. Ku baca benar-benar email balasan dari Atase kerjasama pendidikan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, Ibu Julie Duproir. Yah, benar, email itu tertuju untukku dan aku akan kembali ke Vichy setelah tiga belas tahun berlalu.

          Proses demi prosespun dilalui, mulai dari pemenuhan berkas keberangkatan, pengurusan visa yang harus berangkat ke Jakarta karena harus mengambil foto dan sidik jari. Namun semuanya dapat diselesaikan dengan waktu yang singkat dan cepat berkat bantuan dua srikandi hebat dari Institut Franais Indonsie yaitu Mbak Putri dan Mbak Dita. Tentunya gelar hebat bukanlah sesuatu yang berlebihan. Mereka sangat sabar dan benar-benar responsif atas pertanyaan dan juga keluhan dari para guru yang akan diberangkatkan ini. Dan tentunya waktu yang singkat mulai dari pengumuman hingga jadwal keberangkatan bukanlah hal yang mudah jika berurusan dengan birokrasi antar bangsa.

          Jreng...jreng...inilah harinya selepas merayakan hari guru di sekolah dengan iringan doa mengantarkan keberangkatan ke benua biru yang penuh kenangan. Kulangkahkan kaki melalui perjalanan panjang dengan beberapa kali singgah di negara transit. Ya Medan ke Prancis bukanlah perjalanan satu atau dua jam tapi perjalanan empat belas jam yang tentu menguras energi dan tenaga. Namun tidak ada waktu untuk mengeluh, tidak ada waktu untuk gundah gulana, ini adalah kesempatan besar yang harus diisi dengan program-program dan misi pribadi yang mutakhir selain menyelesaikan misi yang telah ditulis oleh Kedutaan Prancis bagiku.

          Langkah pertama kutapaki Malaysia Airlaines dari Kuala Namu menuju ke Kuala Lumpur. Setelah sedikit berdrama ala-ala film India dengan Ibu, Istri, Anak-Anak, Kakak-Kakak serta ponakan yang melambaikan tangan sampai menuju ke Imigrasi Bandara, kulangkahkan kaki menuju ruang tunggu bandara. Hmm oke kucari spot yang sunyi untuk sekedar mengabadikan moment ini dengan membuat video singkat dan foto ala kadarnya.

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

Selepas sholat Ashar kudengar namaku dipanggil petugas Airlines, kupikir ini panggilan terakhir tapi jam di HP ku menunjukkan belum waktunya untuk boarding.

"Pak Salman, berhubung pesawat kita delay, dan Bapak harus melanjutkan perjalanan maka kursi Bapak kami pindahkan ke depan supaya bisa segera keluar" Kata petugas darat dari maskapai Malaysia Airlines.

Hmmm satu sisi aku agak khawatir karena jarak dari pesawat mendarat menuju pesawat berikutnya pasti sangat jauh. Namun ya mau bagaimana lagi, perjalanan harus dimulai dan sebelum dimulai kita tidak akan tahu akhirnya.

          Pesawatpun landing di Kuala Lumpur dan benar aku harus benar-benar berlari karena waktu yang diberikan tidak sampai satu jam. Ya Allah, barulah kusadari gimana besarnya bandara ini apalagi dari terminal satu aku harus pergi ke terminal dua untuk melanjutkan penerbangan. Kebiasaan yang selama ini suka hunting-hunting foto di bandarapun tak dapat dilakukan karena untuk berganti terminal harus menggunakan bus Shuttle. Dan setelah sampai di terminal dua pun harus segera menuju gate yang telah ditentukan dan jaraknya bukan main jauhnya. Kalo boleh kaki ini berkata ampun mungkin bukan kata ampun saja tapi sudah pada demo ni kaki. Tiba di gate ternyata masih ada waktu untuk menunggu keberangkatan menuju Doha, Qatar.

          Masih menggunakan Maskapai yang sama walaupun dengan nomer penerbangan yang berbeda. Perjalanan ke Qatar memakan waktu tujuh jam, bagiku tidak masalah karena tiga belas tahun yang lalu hampir lebih lama dari ini. Didalam pesawat ini tidak banyak yang bisa dilakukan, selain menikmati sajian hiburan yang terdapat dilayar TV yang ada dikursi depan ya selanjutnya makan yang selalu disediakan oleh Pramugari dan Pramugara. Kulihatin para Pramugara ini, mereka kurasa Pramugara senior karena ku yakin umurnya tidak muda lagi. Tentu bukan umur yang menjadi pemikiranku, tapi kehebatan mereka yang harus jauh dari keluarga yang tentu saja ini tidak mudah. Ntah berapa bulan sekali mereka akan ketemu keluarganya, benar-benar pejuang nafkah dan pahlawan keluarga.

          Tujuh jam pertamapun berlalu dan Ya Salaaam, waktu transit lagi-lagi tidak sampai satu jam. Untuk kedua kalinya aku harus berlari dan benar-benar berlari karena Bandara Doha ini tak kalah luas dan jauhnya daripada di Kuala Lumpur. Namun ketika di Doha tidak terlalu berdebar-debar karena mungkin sudah pengalaman dari transit sebelumnya, pasti masih tersisa waktu. Walaupun demikian tetap saja tidak ada waktu untuk menikmati bandara yang beberapa waktu lalu menjadi tujuan utama penikmat sepakbola dalam ajang Piala Dunia.

          Perjalananpun tetap dilalui selama tujuh jam. Awal sedikit kecewa karena posisi duduk tidak dekat dengan jendela. Sejak di Kuala Namu aku meminta pesanan khusus kursi di dekat jendela karena hobiku ketika naik pesawat tentu mengabadikan momen di luar jendela. Namun petugas menyarankan untuk yang dari Doha ke Paris agar langsung meminta kepada petugas darat yang di Doha untuk merubah posisi dudukku. Tapi aku rada malas menyampaikannya ketika tiba di Doha, kupikir walaupun di lorong ya nikmati saja karena anggap saja pengalaman pertama perjalanan naik pesawat tapi duduk di lorong tengah dan tidak di dekat jendela.

          Wow...ternyata kursi 35F di Qatar Airways tidak seburuk yang kubayangkan. Kursi yang terdapat tepat dibelakang kelas bisnis sebagai jajaran depan kursi bagian ekonomi terdapat banyak kelebihan. Yang utama ialah kalo mau ke kamar kecil tidak perlu melewati orang yang duduk di sebelah. Selain itu terdapat space untuk kaki yang lebar membuat kaki sangat nyaman sekali. Wah kalau begini posisinya ya tidak membuat kecewa walaupun tidak melihat atraksi awan yang berada di luar jendela. Lagipula ini perjalanan malam dan diluar sana hanya terlihat gelap gulita saja.

--- Bersambung ---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun