Mohon tunggu...
SALMAN
SALMAN Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh Pendidikan

#Pulang Dengan Bahagia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Sebut Rindu

19 Juni 2023   08:23 Diperbarui: 19 Juni 2023   08:30 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bingung mau mulai dari mana, rasanya lidah ini kelu untuk berkata, bibir ini terkunci terdiam seribu bahasa.

"Rien monsieur, merci" Kujawab hanya dengan kata tidak apa-apa Pak, terima kasih.

Akupun beranjak pergi meninggalkan Monsieur Abdoullah yang bingung dengan sikapku pagi ini.

Kutelusuri kembali jalanan sempit kota Vichy diiringi suara burung gagak yang sahut menyahut menyambut mentari pagi. Sesekali aku berpapasan dengan penduduk lokal yang bergegas menuju halte mengejar bus pertama yang akan segera tiba. Namun aku tak akan kembali ke studioku, tujuanku pagi ini adalah taman alun-alun kota Vichy. Disana kurasakan ketenangan, menyendiri ditengah pohon-pohon rindang.

Di depan bangunan opra de vichy, aku mulai menulis sebuah email untuk dia. Ya untuk dia yang mengganggu pikiranku beberapa hari ini. Dia yang membuatku meradang, kesal, marah dan tak mampu kupejamkan mata dalam kantukku. Beribu email telah kualamatkan padanya, namun tak satupun surat-suratku itu dibalasnya. Hari ini, tepat lima tahun sejak awal kami bertemu, di taman ini, di depan bangunan ini. Hampir setiap tahun kami merayakannnya di sini, setiap pagi layaknya hari ini. Namun hari ini aku harus menyendiri di sini, menantikan dia yang mungkin tidak akan datang atau sudah melupakan hari ini.

Tidakkah dia tahu betapa aku sangat bingung kali ini? Dialah orang yang telah menjerumuskanku ke kota ini. Ya aku pakai kata menjerumuskan sebagai tanda terima kasihku kepadanya yang mewujudkan impianku hidup di benua biru. Tapi dia benar-benar membuatku marah tak bertepi, saat setengah tahun lalu memutuskan bergabung di ONG (LSM) kemanusiaan menuju Suriah.

"Quoi? En Syirie? T'es fou?"

"Apa? Ke Suriah? Kau gila?" kata-kata terakhirku kepadanya ketika keputusan itu diungkapkan kepadaku.

Kenapa harus jauh-jauh kesana jika di sini masih bisa membantu dalam kemanusiaan. Apa yang dia cari dalam hidupnya?. Aku akui dia itu seperti malaikat tanpa sayap, bagaikan angin yang menyemai kehidupan. Tapi tidak harus berangkat ke sana, mempertaruhkan nyawa dan ya tidak ada keuntungan finansial untuk dirinya. Hmm ntahlah, mungkin pemikiranku yang terlalu kapitalis atau dia yang terlalu syurgawi.

Mentari masih terlelap

Ketika aku menyendiri disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun