Mohon tunggu...
Salma
Salma Mohon Tunggu... Guru - Guru Bimbingan Konseling - Kepala SMP Darussalam Kandanghaur

dunia pendidikan adalah bidang yang saya geluti, saya senang menambah ilmu dan berbagi ilmu. Setiap hari saya usahakan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Selain itu saya senang terhadap fotografi, film aksi dan drama, juga musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dimensi Perenialisme dalam Pendidikan

3 Oktober 2022   23:28 Diperbarui: 3 Oktober 2022   23:30 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Prinsip-Prinsip Perenialisme

          Sebagaimana sebelumnya, kalangan perenialis menulis bahwa menilai manusia secara umum mempunyai kesamaan dengan dunia hewan dalam hal keinginan, kesenangan dan tugas kerja. Sebagai contoh, anjing-anjing merasa senang mengendarai mobil, bisa membawa muatan dan bentuk kerja lainnya, dan menyukai makanan yang disiapkan untuk manusia. Dalam pengertian semacam ini, manusia dan hewan mempunyai kesamaan-kesamaan. Hal yang membuat berbeda adalah kenyataan, bahwa dari seluruh jenis hewan, hanya manusialah yang mempunyai kecerdasan rasional. Ini adalah karakteristik manusia yang paling berharga dan unik. Aristoteles menganggap bahwa manusia adalah hewan rasional, dan kalangan perenialis senada dalam hal ini. Dengan demikian, pandangan   mereka tentang pendidikan sangat mengutamakan pada pendidikan dari sisi rasional manusia. Hutchins mengatakan bahwa "ada hal mendasar untuk menjadi manusia dan merupakan hal mendasar pula saat belajar menggunakan akal pikiran." Setelah seseorang mengembangkan akal pikirannya, maka manusia akan bisa menggunakan nalarnya untuk mengontrol nafsu dan syahwatnya.

Hakikat (Watak) Dasar Manusia secara Umum Tidak Berubah; Oleh Karena itu, Pendidikan Harus sama untuk Setiap Orang.

          Salah satu fakta penting hakikat rasional ini ada pada semua manusia di sepanjang sejarahnya. Jika manusia adalah hewan rasional dan jika dalam hal ini orang-orang itu juga sama, maka berarti bahwa semua orang harus membuat pendidikan yang sama. Terkait masalah ini, Hutchins menuliskan :

Setiap manusia memiliki fungsi sebagai manusia. Fungsi sebagai warga negara atau sebagai subjek mungkin beragam dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dan sistem pelatihan, adaptasi, pengajaran atau mempertemukan kebutuhan-kebutuhan jangka pendek mungkin bisa beragam. Namun, fungsi sebagai manusia adalah sama dalam setiap kurun dan setiap masyarakat, karena akibat dari hakikat dasar sebagai manusia. Tujuan sebuah sistem pendidikan adalah sama dalam setiap kurun waktu dan setiap masyarakat dimana sistem tadi berada, yaitu mengembangkan manusia sebagai manusia".

Pengetahuan Secara Umum Tidak Berubah; Karena Itu, Ada materi Kajian Dasar Tertentu yang Harus Diajarkan pada Semua Orang. 

          Jika pengetahuan tidak sama di segala tempat, maka orang-orang terpelajar tidak akan pernag dapat setuju tentang sesuatupun. Masing-masing individu mungkin mempunyai opini yang berbeda, akan tetapi ketika mereka setuju terhadap suatu opini jadilah sebagian pengetahuan. Sistem pendidikan harus berkaitan dengan pengetahuan, bukan opini belaka, karena pengetahuan mengarahkan orang pada kebenaran abadi dan meperkenalkan subjek didik tentang kekonstanan dunia. Hutchis menuntaskan keseragaman kurikulum pendidikan dalam  kesimpulan  berikut : "Pendidikan menampakkan pengajaran. Pengajaran menampakkan pengetahuan. Pengetahuan adalah kebenaran. Kebenaran dimana pun sama. Karena itu, pendidikan di manapun harus sama.

          Pendidikan, menurut kalangan perenialis yang berlawanan dengan kalangan progresif, "janganlah menyesuaikan individu dengan dunia, akan tetapi lebih pada menyesuaikannya dengan kebenaran". Kurikulum janganlah memusatkan pada kepentingan jangka pendek subjek didik saja, sesuatu yang menyimpang tampak penting atau apa yang mamukau bagi masyarakat tertentu dalam waktu dan tempat yang sangat khusus. Fungsi pendidikan bukanlah pelatihan vokasional atau profesional. Sekolah harus memusatkan pada pendidikan intelek untuk menerobos dan memahami kebenaran-kebenaran abadi yang mendasar yang menghubungkan peran manusia dalam kehidupan masyarakat. Pengetahuan dasar semacam ini membantu orang memahami satu sama lain dan membekali mereka secara lebih baik untuk berinteraksi dan membangun sebuah sistem sosial yang lebih memuaskan.

          Sebagian besar kalangan perenialis setuju bahwa jika sistem pendidikan adalah untuk memperkenalkan subjek didik dengan kebenaran; ia harus mempunyai sebuah kurikulum yang menekankan pada bahasa, sejarah, matematika, ilmu alam, filsafat, dan seni.

          Hal primer pembelajaran dalam perenialisme terdapat pada aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk mendisiplinkan akal pikir. Latihan mental yang sulit termasuk membaca, menulis, drill, menghafal, dan menghitung adalah hal yang penting dalam pelatihan dan pendisiplinan intelektual. Belajar untuk menalar juga penting, sebab itulah latihan-latihan dalam tata bahasa, logika, dan retorika dipandang sebagai aktivitas-aktivitas yang berguna. Tugas-tugas semacam itu mungkin kurang disukai oleh kebanyakan subjek didik, tetapi hal ini amat bermanfaat karena kemauan dikembangkan sekaligus subjek didik tekun berkiprah dengan tugas-tugas intelektual yang berat. Pendisplinan mental ruangan kelas yang dipaksakan dari luar menolong anak menghayati daya kemauan yang kelak akan diperlukan saat ia menghadapi tugas-tugas sulit dalam kehidupan dewasa dimana tak ada lagi "pemaksa"' yang mendorongnya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang tidak menyenangkan.

          Program atau pengajaran karya-karya besar yang berkaitan dengan Hutchins, Adler, dan St. John's College adalah terobosan yang menjadikan perenialisme mendapatkan ketenaran yang luas, bahkan tidak semua tokoh terkenal dalam pergerakan ini mendukung program tersebut. Mereka yang mendukung pendekatan atau pengajaran karya-karya besar menangani bahwa pengkajian karya-karya para pemikir terkemuka adalah sarana terbaik agar sampai pada "kaitan" dengan gagasan-gagasan besar manusia, dan karenanya sarana yang paling reliabel untuk mengembangkan kecerdasan intelektual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun