Jangan salah sangka dengan membaca judulnya, film ini bukan bergenre horror atau gore. Sebaliknya justru mengangkat drama romansa dan persahabatan remaja yang akan membuat sedih. Makna dari judul film ini akan ditemukan dengan mudah apabila menonton filmnya.
I Want to Eat Your Pancreas merupakan sebuah film movie anime adaptasi novel karangan Sumino Yoru dengan ilustrasi oleh Loundraw yang berjudul Kimi no Suizou wo Tabetai () yang rilis di Jepang pada 1 September 2018. Tahun 2015 mendapat adaptasi manga dengan judul sama dengan aslinya yang digambar oleh Kirihara Idumi di tahun 2016 dan juga live action yang berjudul "Let Me Eat Your Pancreas" pada tahun 2017.
Film ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki yang tidak disebutkan namanya, yang menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah karena ia percaya buku lebih baik dari manusia. Suatu hari, dia kebetulan menemukan buku harian di rumah sakit. Buku harian itu adalah milik teman sekelasnya yang bernama Sakura.
Sakura adalah gadis yang riang, ceria dan populer dari sekolahnya. Satu-satunya masalah yang dimiliki gadis itu adalah dia menderita penyakit pankreas terminal dan memiliki waktu untuk hidup beberapa bulan lagi.
Setelah anak laki-laki yang pendiam itu menemukan fakta ini, Sakura menjelaskan bahwa dia adalah satu-satunya orang selain keluarganya yang tahu tentang kondisinya. Karena Sakura ingin mempertahankan kehidupan sekolah yang teratur selama dia bisa. Laki-laki itu berjanji untuk merahasiakannya. Dan Sakura memutuskan untuk menghabiskan beberapa bulan terakhirnya dengan laki-laki penyendiri itu.
Sungguh jelas yang membuat pertama kali tertarik dengan film ini adalah judul. Orang-orang akan keheranan menerka-nerka apa maksud dari judulnya. Juga jarang sekali ada yang membahas organ kecil didekat hati ini. Jika membahas organ dalam manusia, kebanyakan orang berpikir mengenai organ vital seperti otak, jantung, bahkan ginjal.
Bagi yang menganggap cerita pada film ini akan berfokus di drama percintaan, kurangi ekspektasi terhadap yang satu ini. Film ini lebih mengarah pada tema drama kehidupan, karena sepanjang film ini fokus utamanya adalah hidup dari Yamauchi Sakura, yang dalam terus memikirkan sisa hidupnya yang tinggal sedikit.
Alur dari awal hingga pertengahan memang cukup lambat dan minim konflik (flat) sehingga agak membosankan. Namun yang menghibur adalah perbedaan karakter dua tokoh utama. Satu pendiam dan yang satunya periang. Lelaki ini membuat gemas karena bisa dibilang pasif dan nyaris tak pernah bisa menolak permintaan Sakura. Lelucon yang dia lontarkan juga 'garing' apalagi diambil dari perumpamaan, pepatah, atau majas Jepang. Lelaki ini memiliki hobi yang keren yaitu selalu membaca buku, namun begitu pada akhirnya tidak diimbangi pergaulan yang 'normal', lelaki ini kerap gagap berkomunikasi dan kemampuan sosialnya rendah. Di lain pihak, Sakura, seseorang yang mudah sekali tertawa, bercanda suka baca komik, dan selalu dikelilingi teman.
Proses perubahan mereka dari awal pertemuan hingga akhir kisah, bagaimana mereka saling memahami, itulah yang menjadi fokus cerita dan membuat nyaman penonton. Di jelang bagian akhir terdapat adegan sedih sekali yaitu bagian isi buku harian dan bagaimana Sakura meninggalkan 'surat wasiat' untuk keluarga, Kyoko-san sahabat sejak kecilnya, dan lelaki tadi.
Film ini menyuguhkan twist, yang meskipun telah ada petunjuk jelas sejak pertengahan cerita tetap tidak bisa diterka-terka. Nama pemuda yang selama kisah tak pernah disebut pun (selalu dipanggil teman sekelas yang pendiam-kun, teman sekelas yang tahu rahasiaku-kun, dan semacam ini) pada bagian akhir diungkap, sesuai petunjuk juga di awal dan alasan mengapa namanya tak pernah disebut.
Berharap lebih pada animasinya, ternyata jauh dari ekspektasi yang dibayangkan seperti Kimi no Nawa ataupun karya Makoto Shinkai. Detail beberapa bangunan cukup baik, namun terganggu dengan beberapa latar belakang yang masih kurang sempurna. Namun karya garapan Studio VOLN ini tetap memukau dengan kesederhanaan dan kelembutan warna yang didominasi merah muda mengingatkan pada karakter Sakura.
Film I Want To Eat Your Pancreas menyajikan kesedihan yang mendalam bagi yang menontonnya karena keceriaan yang digambarkan dengan begitu natural pada bagian awal filmnya akan berbanding terbalik menjadi sangat emosional begitu menyadari bahwa betapa menyakitkannya akhir dari cerita tersebut. Ditambah lagi dengan plot twist tak terduga yang bisa membuat penonton terdiam.
Kisah ini mengingatkan kita tentang kematian yang bersifat pasti, kapan pun bisa menjemput tanpa memandang orang, juga bahwa sebagai manusia kita selalu membutuhkan orang lain dan ingin merasa dibutuhkan. Film ini merupakan film remaja yang tak sekadar menghibur tapi sarat pesan kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H