Perilaku pembelian secara tiba-tiba karena terpengaruh promo dan diskon ataupun iklan menyebabkan konsumen berperilaku konsumtif. Perilaku konsumtif mengindikasikan konsumen berbelanja produk secara berlebihan di luar batas kebutuhan, tanpa melihat barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak.Â
Memang, perilaku konsumtif membawa dampak positif terhadap keuntungan perusahaan dikarenakan volume penjualan meningkat. Namun, disisi lain dapat menimbulkan ancaman bagi masyarakat sendiri.Â
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB UNAIR), Dr. Wisnu Wibowo, mengatakan bahwa ancaman yang ada lebih kepada kebeimbangan finansial atau financial stability dari konsumen itu sendiri.
Menurutnya dalam situasi yang tidak pasti seperti saat ini untuk menjaga kestabilan keuangan keluarga, maka perlu untuk menyiapkan dana darurat selain juga memupuk tabungan.
"Jadi, meskipun konsumsi di masa pandemi ini mungkin cenderung meningkat, jangan sampai melupakan pentingnya alokasi dana darurat," tuturnya.
Promo diskon online memang menggiurkan, dengan kemudahanan yang tersedia hanya tinggal sekali klik saja barang bisa sampai dirumah. Tapi, ada baiknya sebagai konsumen yang bijak perlu membuat skala prioritas untuk mengetahui barang apa yang perlu dipenuhi terlebih dahulu.
Usahakan untuk tidak melihat aplikasi e-commerce terus-terusan agar tidak tergiur dengan promo yang ada. Hindari juga konten yang memicu untuk berbelanja seperti konten unboxing atau review produk. Agar uang yang kita miliki, baik itu tabungan sekalipun, tidak akan terpakai sia-sia hanya karena perilaku konsumtif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H