Mohon tunggu...
Salma Maryam Savitri
Salma Maryam Savitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo saya Salma Maryam Savitri merupakan mahasiswa di Universitas Komputer Indonesia jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2021_41821039

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Karena Jerawat?

24 Oktober 2023   22:05 Diperbarui: 24 Oktober 2023   22:34 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ancala Hiranya, itulah nama cantik yang diberikan padaku oleh ayah bunda. Katanya namaku diambil dari bahasa sangskerta yang artinya gunung seperti emas. Tapi panggil saja aku Cala. Aku selalu heran dengan standar kecantikan di Indonesia, hampir semua orang yang setuju kalau cantik itu harus mempunyai kulit putih, mulus, tinggi, badan langsing, mancung dan masih banyak lagi. 

Ya intinya kalau mau terlihat cantik, kita harus sempurna seperti malaikat. Dengan adanya standar kecantikan seperti itu, ada banyak orang yang pernah merasakan tidak nyaman pada diri sendiri, tidak percaya diri bahkan hingga benci pada diri. Padahal menurutku cantik itu relatif, semua orang lupa kalau setiap orang itu beragam, salah satunya adalah jerawat.

Aku adalah seorang acne fighter selama 2 tahun. Ketika pertama kali muncul jerawat di wajah, perasaanku biasa saja, namun semakin lama, jerawatku tiba-tiba datang secara bersamaan sampai untuk keluar rumah, bahkan keluar kamar saja aku tidak berani, aku malu untuk bertemu orang. Di saat itulah aku mengetahui kata insecure, aku selalu menangis setiap malamnya memikirkan kenapa jerawatku tak kunjung hilang. Aku juga tidak mau insecure, tapi justru omongan orang-orang yang membuat aku insecure. 

Waktu itu pernah ada anak kecil bilang padaku dengan kata-kata yang menurutku sedikit menyakitkan, "Kak kenapa mukanya banyak jerawat? Kakak gak pernah cuci muka ya?" Setelah dengar itu, aku tiba-tiba ingin menangis dan memukul mulut anak kecil itu dengan cangkul. Tapi ia hanya anak kecil berusia sekitar 4 tahun yang tidak mengerti.

Dengan adanya jerawat diwajahku ini teman-teman sebaya dan orang dewasa lainnya memperlakukanku dengan beda. Lelah sekali rasanya kalau tiap malam menangis hanya karena memikirkan standar kecantikan, beauty privilege itu nyata, hanya orang yang memiliki paras cantik yang dihargai oleh orang sekitar, baik di lingkungan pertemanan, lingkungan kerja dan lingkungan manapun. Tapi aku sangat beruntung dan bersyukur karena teman-temanku tetap menghargai jerawatku dan memberiku semangat untuk sembuh dari jerawat, meskipun sesekali mereka selalu bertanya "Cape gak sih Cal jerawatan gitu?" atau "Kamu ih kapan sembuh dari jerawat? 

Make up-an mulu sih" Ya agak menyakitkan, tapi teman lainnya kadang memarahi temanku yang bertanya itu padaku. Memang masih banyak orang yang melihat aku cantik dengan jerawat, namun tidak sedikit juga orang yang terlihat benci karena jerawatku. Aku selalu meragukan kalimat "Ih apa sih? Kamu cantik loh" Aku selalu berpikir, mereka memang mengatakan aku cantik atau hanya untuk menenangkanku saja?

Aku melihat benda yang melingkar ditanganku menunjukan pukul 10 malam. Tiba-tiba saja bunda masuk ke kamarku.

"Cala kenapa bengkak matanya?" Tanya Bunda.

"Gapapa bun" Jawabku.

"Sekali-sekali cerita dong, gara-gara cowo ya?"

"Cala cape kenapa Cala gak cantik sih? Kenapa cuma Cala yang jerawatan diantara teman-teman Cala? Kenapa harus ada standar kecantikan?" Keluhku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun