Mohon tunggu...
Yuni Bues
Yuni Bues Mohon Tunggu... -

- Suka makan & ketawa\r\n- Karyawati di satu perusahaan di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Wabah Penyakit Campak Melanda Berlin, Jerman

31 Maret 2015   13:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:44 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_406819" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Shutterstock-Kompas.com"][/caption]

Musim dingin kali ini tidak membawa untung di lingkungan tempat kerja saya, karena lebih banyak kolega yang sakit dibanding tahun lalu. Saya yang biasanya lebih kuat dari serangan Erkältung (flu berat) dibanding mereka atau suami, akhirnya ikut tepar juga.

Mumpung baru gejalanya & belum berat banget, makanya sebelum tidur saya minum obat, yang pernah dibeli di tanah air selama 3 hari lamanya. Manjur...nggak ada demam & hidung tersumbat, apalagi sampai harus istirahat di rumah. Hanya batuk yang masih menginap di badan saya. Menjengkelkan memang, apalagi frekuensinya lebih sering malam hari, sampe-sampe suami menyumpal telinganya untuk bisa tidur dengan baik wwwkkk... Dapat batuk aja sudah nggak enak, apalagi sampai kena penyakit campak yang penyebarannya semakin menggila di sini, pikir saya.

Penyakit campak (Masern) yang diidentikan dengan penyakit anak, bisa menyerang orang dewasa juga. (Kata emak, saya sudah divaksin waktu kecil, makanya saya tenang-tenang aja di tengah wabah yang masih terus berjalan sampai saat ini). Jika kita sudah divaksin atau pernah dapat campak, (katanya) kita akan imun.

Wabah campak yang menyerang Berlin kali ini adalah yang terbesar & terparah dalam 10 tahun terakhir. Menurut pernyataan yang dikeluarkan Berliner Landesamt für Gesundheit & Sozialis (Lageso), di Berlin sendiri sejak Oktober 2014 jumlah penderita sudah mencapai 782 orang (termasuk 661 orang, di antaranya 70 bayi usia di bawah 1 tahun, yang sudah terjangkit sejak Januari lalu). Hampir seperempat dari mereka (211 orang) sudah dikirim ke rumah sakit, karena parahnya. Bahkan seorang anak sudah meninggal Feburuari lalu. Diperkirakan jumlah penderita akan terus bertambah, karena setiap harinya timbul 10-20 kasus baru.

Penyakit ini dimulai pertama kali (Oktober 2014) di sebuah tempat penampungan pengungsi. Karena kurangnya vaksinasi, akhirnya virus cepat sekali menyebar di ibukota Jerman ini & menyerang banyak penduduk. Di kota-kota besar seperti Berlin gelombang campak mudah sekali menular, karena tingginya tingkat hunian kedekatan penduduk & kemungkinan kontak yang lebih besar dari satu penderita ke orang lain lewat sekolah, TK, tempat kerja atau sarana lainnya. Begitu juga di musim dingin, di mana banyak orang lebih sering berkumpul di dalam satu ruangan.

14276944591165776738
14276944591165776738

Foto: Onmeda.de (vaksinasi pada bayi).

Wabah besar yang terjadi di sini, menurut Hengel (ahli virus dari Universitas Freiburger Albert-Ludwigs) jelas menunjukkan kurangnya imunisasi di Jerman, terutama di kalangan remaja & orang dewasa. Dan ini terbukti dari pengakuan jumlah pasien yang dirawat, hampir 90% tidak divaksin sebelumnya. Untuk negara maju seperti Jerman yang terkenal akan kemajuan ilmu medisnya, hal ini jelas sangat memalukan. Di tambah lagi tidak adanya tradisi vaksinasi Catch-up, yang di dalamnya sudah saling melengkapi satu sama lain.

Untuk mengurangi agar penyebaran wabah ini tidak semakin lebih meluas lagi, baik di Berlin sendiri maupun negara bagian Jerman lainnya, petugas dinas kesehatan meminta masyarakat yang belum divaksin untuk segera melakukannya (termasuk para orang tua & bayinya yang mulai berumur 9 bulan). Mereka juga mengambil tindakan untuk menutup sekolah-sekolah (2 sekolah sudah ditutup), jika para guru & muridnya kemungkinan besar sudah terjangkiti. Begitu juga pelarangan masuk sekolah untuk murid yang tidak divaksin atau tidak bisa menunjukkan buktinya. Para orang tua & murid yang merasa kecewa dengan keputusan ini, mis.sebab anaknya jadi gagal ngikutin ujian, nggak bisa nuntut macam-macam ke sekolahnya, karena keputusan ini sudah diperkuat pengadilan setempat.Tindakan ini diberlakukan juga di perusahaan-perusahaan.

Sejak tahun 1983, di mana penyakit cacar (Pocken) sudah tidak ada lagi di Jerman, maka yang namanya 'wajib vaksinasi' sudah tidak diberlakukan lagi untuk semua negara bagian Jerman. Para orang tualah yang memutuskan sendiri, vaksin apa yang sekiranya dibutuhkan untuk anaknya, begitu juga dengan orang dewasa. Tentu saja sistem yang demikian ada segi kelemahannya, karena jika terjadi wabah penyakit menular, maka penyebarannya bisa terjadi dengan cepat sekali. Jangankan untuk jenis penyakit menular yang baru, penyakit lama (mis.cacar atau campak) yang dianggap sudah punah, bisa saja sewaktu-waktu datang kembali. Yang namanya virus tidak bisa dimusnahkan begitu saja.

Wabah campak yang sebelumnya hanya terpusat di Berlin, kini sudah merembet ke negara bagian Jerman lainnya, bahkan negara sekitarnya. Sampai saat ini baru Bayern, Brandenburg & Sachen yang terdata kasusnya. Umumnya penularan terjadi dari orang yang melakukan perjalanan dinas atau wisata ke Berlin, sementara yang bersangkutan tidak mengetahui wabah yang sedang ada & ditambah lagi dirinya tidak ingat apakah pernah divaksin sebelumnya atau tidak. Sekembalinya ke keluarga atau orang terdekatnya, tidak hanya kegembiraan yang dibawanya, tetapi juga 'malapetaka'.

Lambatnya penanganan terhadap wabah ini, karena pemerintah belum merasa perlu untuk memerintahkan adanya 'wajib vaksin' & juga persediaan kuota vaksin yang belum diperbanyak. Perintah yang dikeluarkannya hanya baru sebatas himbauan. Jadi pelaksanaannya masih diserahkan ke individu masing-masing. Dokter anak & dokter kandungan telah meminta, agar para ibu & anaknya segera melakukan vaksinasi, begitu juga para pria yang mendampinginya.

Gejala-gejala penyakit campak yaitu: kelelahan, rasa ngantuk, sakit kepala, sakit perut, demam, flu, radang selaput mata, bahkan bisa terlihat jelas adanya plek putih di sekitar mulut. Dengan berjalannya infeksi, penderita biasanya mengalami 2 kali demam tinggi. Kemudian akan timbul bintik (plek) merah tua yang menyebar tidak merata. Dimulai dari belakang telinga, terus ke muka, leher, badan, lengan & kaki.
Penyakit ini kalau cepat ditangani memang tidak berbahaya. Hanya kalau si penderita tidak menyadarinya & terus bercampur dengan komplikasi lainnya, itu yang akibatnya bisa fatal, bahkan bisa sampai meninggal. Kematian biasanya lebih sering menyerang anak-anak, karena daya tahan tubuhnya masih lemah dibanding orang dewasa.
Penyebarannya bisa lewat batuk atau bersin.

14276944811045730181
14276944811045730181
Foto: Ulrich Niehoff/Imagebroker/OKAPIA (Anak penderita campak).

Untuk yang mau ke Jerman (terutama Berlin), tolong cek kesehatannya sebelum berangkat. Lakukan vaksinasi yang diperlukan. Jangan sampai berangkat sehat, baliknya bawa virus yang nggak diinginkan. Atau sebaliknya (tanpa diketahui) kita berangkat bawa virus & menyebarkannya di sini.

Sumber:
-Onmeda.de: Masern.
-Morgenpost: Berliner Gerichtsentscheid-ohne MasernImpfung keine Schule.
Täglich erkranken Zehn Berliner neu an Masern.
-B.Z: MasernWelle in Berlin hält weiter an.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun