Di dalam perjalanan saya membayangkan, bagaimana jika wisman yang tidak bisa berbahasa inggris atau indonesia mengalami hal yang sama seperti kita?
Jarak antara terminal domestik & internasional yang cukup jauh & masih kurangnya transportasi umum yang nyaman yang menghubungkan keduanya, merupakan kendala besar untuk wisatawan yang harus berpindah penerbangan. Belum lagi ditambah kemacetan yang parah. Hal ini bisa menyebabkan wisatawan yang datang jadi kecewa & malah berpikir, ini bandara internasional atau hanya Halle (aula).
Melihat semua kekurangan yang sudah lama ada di depan mata & belum juga adanya perbaikan, rasanya sulit untuk Kementerian Pariwisata mewujudkan targetnya untuk mendatangkan 20 juta turis tahun 2019 (Bisnis.com).
[caption id="attachment_357386" align="aligncenter" width="380" caption="Bandara Soetta yang bersih, sampai-sampai trolleynya ikut juga 'dibersihkan' (dok.pribadi)."]

* Bandara Tegel (Berlin) jauh lebih kecil dari bandara Soetta, tapi trolley selalu cukup tersedia. Hanya kita harus menyiapkan uang koin 1€ untuk bisa memakainya. Ketika trolley dikembalikan, uangpun akan kita terima kembali. Transportasi umum pun banyak untuk membawa penumpang dari & ke bandara tersebut. Jadi nggak perlu berdesak-desakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI