Mohon tunggu...
Salim An
Salim An Mohon Tunggu... -

"Abdi Rakyat"

Selanjutnya

Tutup

Catatan

(Prolog) Buku Dzikir Daud untuk Meruwat Kepemimpinan Nasional

14 November 2013   10:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:11 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi Ad Hoc Berbasis

Dzikir Daud

Juli 2013, Yahoo menurunkan berita, China akan mencetak sawah dengan Rp 20 triliun di tanah Jawa. Hasil produksinya akan dijual di dalam negeri, menggunakan buruh local dan ahli-ahli pertanian Negara yang digaji Negara untuk mendukung swasta negeri China ini maka marahlah para pemuda karena tersinggung nasionalismenya sementara para pejabat diam seribu basa seolah berita tersebut tak menghina sendi-sendi dasar sebuah bangsa merdeka.

Sungguh ini menyedihkan sekaligus menggembirakan.

Menggembirakannya, ternyata masih banyak yang berpikir waras. Ribuan komentar pun muncul berhari-hari. Tua muda, guru, pendidik dan pelajar yang tercerahkan dimana-mana merasakan kemarahan yang sama. Namun sayangnya, jika kepada mereka diajak menggagas lagi sebuah people power tiba-tiba kita jadi beku. Buat apa reformasi, kalau ujungnya-ujungnya jadi repot nasi? Bukankah reformasi hanya berhasil menumbangkan satu Soeharto di Jakarta tapi menumbuhkan ribuan Soeharto-soeharto kecil di daerah, di tubuh partai, di birokrasi pusat hingga desa?

Pertanyaan lain mengemuka pula. Mungkinkah gerakkan rakyat bisa memenangkan peperangan melawan penguasa korup yang diback up oleh konspirasi internasional macam Bank dunia dan IMF?

Pertanyaan ini naïf. Pada kenyataannya sejarah perubahan seakar-akarnya (revolusi) berbasis agama memberikan banyak contoh bagaimana penguasa dan militer yang kuat pun dapat dihancurkan jika Allah menghendaki.

Hancurnya tirani megah Fir’aun, untuk menunjuk contoh nafsu abused of power yang telah sampai ke titik hingga “menuhankan” dirinya, kurang apa mereka dengan bala tentaranya yang megah dan kuat? Atau ambilah kejadian perang besar yang diinisiasi Nabi Daud[1] yang hanya bermodalkan “batu” penghalau kambing gembalaannya. Sejarah peperangan para nabi melawan kemungkaran penguasa banyak yang dimulai dengan “logistic” perang seadanya.

Di negeri ini pun pernah terjadi “bambu runcing” dapat menghalau penjajah bersenjata modern yang telah bercokol 350 tahun lamanya.

Sekarang, apa yang kita takutkan?

Pelajaran dari Gerakkan “Dzikir Daud” membuktikan tak ada “badai” buatan manusia yang tak bisa dihentikan.

Gerakkan “Dzikir Daud” adalah sebuah model gerakkan “badai baru” perubahanberbasis akhlak. Gerakkan yang dapat merubah “batu” penghalau ternak menjadi bara mematikan ala batu-batu neraka yang dibawa burung ababil[2] yang sanggup membakar tubuh hingga melepuh para tentara kafir, dan ini tak harus dimulai lewat “perang” massa yang massif seperti reformasi 1998, tapi cukup melalui “revolusi ad hoc” tapi serempak dari kantor-kantor yang dipimpin oleh para pemimpin[3], guru, dosen, gubernur hingga lurah yang berkarakter dan bertekad keras merubah keadaan melalui gerakkan dzikir Daud secara nasional.

Ya, secara nasional membentuk gerakkan sepi ing pamrih rame ing gawe yang bekerja dalam frekuensi spiritual yang massif sejak dari Sabang hingga Merauke.

Gerakkan ini sangat compatible untuk dilaksanakan secara hening (silent revolusioner), compatible juga untuk menjadi basis perjuangan people power yang dirakhmati Allah seperti perang Badar di jaman Rasulullah, sebelum akhirnya disempurnakan secara sistematik dengan mengadospi model tahapan Mekkah[4]dan Madinah menuju bakat alam NKRI sebagai sepasang sayap negeri Maritim dan continental yang kuat.

Inilah Ruwatan Nasional untuk menghentikan anomaly kepemimpinan nasional yang telah menguras habis asset bangsa dan anak cucunya, ruwatan nasional yang memungkinkan terjadinya revolusi damai yang terkelola bagi konteks NKRI yang majemuk,  besar dan tersebar dari Sabang hingga Marauke.

Gerakkan Revolusi, menurut Bung Karno selalu memakan anak-anaknya sendiri.Revolusi Nabi Daud dan Revolusi Nabi akhir Muhammad telah membuktikan ada “model seleksi” alam (model revolusi lain) yang lebih lemah lembut dan “bil hikmah” yang dapat menyelamatkan sumber daya Manusia dan alam yang terbaik, dapat dilakukan sambil sekaligus melakukan hard revolusi, merombak tatanan nasional seakar-akarnya dari struktur korup dan dzolim hasil konspirasi pemimpin nasional (yang konstitusinal) tapi korup dengan para zionios internasional penyembah berhala modern.

Daftar  Isi

Kata Pengantar

Prolog

Bab 1 Orba Hingga Reformasi, Sejarah  Negeri  Tergadai

Bab 2  Bangsa Maritim Tersesat Di Negara Kepulauan Tanpa Nakhoda

Bab 3 Indonesia Chaos, dari Prediksi Rasulullah Hingga Ramalan Joyoboyo

Bab 4 2014: Titik Balik Pelurusan Arah

Bab 5 Neoliberalisme, Penjajahan Ekonomi yang Bertolak belakang dengan Kepribadian Bangsa

Bab 6 Dzikir Daud: Inilah Basis Kemenangan Rakyat Bebas Efek komplikasi

Bab 7 Agenda Rakyat: Ruwatan untuk Anomaly Kepemimpinan Nasional

Bab 8 Merenda ulang Model Mekah-Medinah

Bab 9 Dzikir Daud: Mari Kita Belokan “Peradilan Semesta” pada Gerombolan Koruptor dan Neokolonialisme

Bab 10 Goal Dzikir Daud & Solusi: Kita Perlu Dekrit ke UUD 45 Plus Ocean Polecy Menuju Negara Maritim yang Berwibawa

Epilog

Stop Press dan Tanah Airku Indonesia

Penulis   : Letkol Laut (P) Salim

Penerbit :  LeutikaPrio (PT Leutika Nouvalitera)

http://www.leutikaprio.com

Dapatkan segera bukunya.

[1] Sebagaimana akan kita bahas dalam 3 bab akhir buku ini

[2] Kisah ababil, diabadikan dalam Quran, surat Al Fiil (Gajah). Burung ababil,diperintah oleh Allah untuk menghalau tentara gajah dari pasukan raja Habasyah yang bergarak akan menghancurkan kabah untuk “membelokan” perhatian suku-suku di Jazirah Arab dari Kabah. Peristiwa ini terjadi  di jaman ka’bah di bawah penjagaan kakek Nabi Muhammad, Abdul Muthalib.Burung ababil tadi melempari pasukan gajah dengan “tanah liat yang dibakar panas” atas perintah Allah membuat tentara Habasyah tadi lumat, “bagai daun-daunan yang lumat diserang hama”

[3] Jika Anda seorang kepala Dinas, Kepala sekolah, atau apapun kedudukan kepemimpinan Anda, tradisikanlah bersama-sama bawahan Anda muslim-muslimah untuk puasa Daud dan mengembangkan amalan-amalan Daud lainnya dengan niat untuk menyiapkan generasi muda penghalau para pembawa kebobrokan bangsa.

[4] Buku ini mengadopsi sejarah perjuangan Rasulullah Muhammad dalam mendisain gerakkan perbaikan akhlak, yakni 13 tahun di Mekkah sebagai periode konsolidasi, dilanjutkan di Medinah sebagai tahapan implementasi formal dalam proses “menegara” berdasar cahaya Islam

http://rajasamudera.com/2013/11/prolog-buku-dzikir-daud-untuk-meruwat-kepemimpinan-nasional/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun