Mohon tunggu...
Muhammad Saleh
Muhammad Saleh Mohon Tunggu... -

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kemarau

1 November 2014   23:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:55 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim silih berganti

dipenghujung musim hujan

akan datang musim kemarau

dipenghujung musim kemarau

akan datang musim hujan

Namun kenapa kemarau berkepanjangan

seakan tidak memberikan ruang penghujan

Tanah kekeringan, dedaunan tidak lagi hijau bahkan berguguran

panas terik disiang hari

Apakah ini teguran Sang Maha Pencipta

karena hamba_Nya seakan lupa kepada_Nya

Manusia seakan menjauh dari Sang Maha Pengasih.

atau

Ini hanya merupakan gejala alam dengan siklus musim yang tidak teratur.

Sebagai manuia yang masih memiliki iman didada, seharusnya SADAR bahwa keadaan ini tidak terjadi begitu saja, tetapi ini disebabkan tangan_tangan manusia sendiri.

Banyak manusia yang rakus, karena kerakusannya menggunduli hutan sehingga tangki tangki air habis.

banyak manusia yang egois, karena keegoisannya ia merasa paling pintar, tapi tidak pernah ia pintar merasa.

Banyak manusia yang merasa dirinya paling benar, padahal kebenaran hakiki hanya milik Sang Khaliq Allah swt.

pertikaian dimana_mana tidak hanya dikalangan kaum awam "rakyat jelata" tapi juga terjadi dikalangan elit.

sering kita dipertontonkan orang_orang yang berdasi di ruang terhormat yang seharusnya memikirkan nasib rakyat, tapi malah ia betikai, katanya menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat tapi yang terjadi mufakat untuk tidak musyawarah.

Apakah bukan ini penyebab KEMARAU yang berkepanjangan, kita kekeringan moral ,etika, akhlaq. kita kekeringan saling menghormati "sipakalebbi(bhs.bugis), saling mengingatkan "sipakainge`",

Olehnya itu mari kita sadari ini semua, semoga kemarau berakhir, dan musim hujan tiba membawa keberkahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun