Mohon tunggu...
Salamuddin Uwar
Salamuddin Uwar Mohon Tunggu... Guru - Penikmat Air Putih

Menjadi pengajar di pelosok timur Indonesia, sambil sesekali menikmati bacaan tentang Hukum, HAM, Demokrasi, Sosial Budaya, Bahasa, Sejarah, dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setelah Genosida Banda 1621

23 Juli 2024   20:03 Diperbarui: 23 Juli 2024   20:20 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat VOC mengalami kebangkrutan pada tahun 1799, keturunan orang-orang Wandan berkelanjutan menjalankan jaringan perdagangan niaga pribumi jarak jauh, yang keberlangsungannya masih ada hingga awal abad ke-20.

Di sisi lain, komunitas Wandan yang ada di kepulauan Kei terus berupaya menjaga eksistensinya dengan tetap melestarikan budaya dan bahasanya sebagai bentuk perlawanan terhadap upaya genosida dan penghapusan jejak-jejak keberadaan komunitas Wandan diberbagai wilayah di nusantara. Kesadaran ini terbangun sejak lama, hal ini terlihat dari berbagai upaya yang dilakukan oleh komunitas ini, salah satunya dengan tidak melakukan pernikahan dengan komunitas lain di luarnya sebagai salah satu bentuk mempertahankan eksistensi diri.

Akan tetapi dalam perjalanan, upaya semacam ini tidak lagi diteruskan oleh generasi muda Wandan, anak-anak muda Wandan yang lahir dan besar di perkotaan lebih memilih untuk menikah dan menjalin hubungan kekerabatan dengan komunitas lain di luar dirinya. 

Namun upaya lain untuk menjaga eksistensi Wandan masih terus terpelihara dengan baik hingga kini, diantaranya melalui pelestarian tradisi dan ajaran agama yang di bawa dari Kepulauan Banda, seperti tarian, syair, kerajinan tangan, serta ritual-ritual keagamaan maupun budaya.   

Sebagaimana pendapat Timo Kaartinen, sesungguhnya pemenang dari Perang Pala adalah orang Wandan, karena sampai detik ini orang-orang Wandan masih terus hidup dengan budayanya, agamanya, dan bahasanya, termasuk Pala yang menjadi alasan dibalik terjadinya upaya genosida oleh VOC dan Jan Pieterszoon Coen yang justru tidak bertahan dan mengalami kekalahan dan kegagalan dalam mempertahankan eksistensinya.

Pada akhirnya, Wandan tidak pernah mati sebagaimana matinya VOC, dan Wandan akan terus hidup sebagaimana hidupnya pohon Pala. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun