Bahkan terkadang, orang yang memiliki catatan pendidikan tinggi  justru mempunyai perilaku seksual yang kurang waras. Kalau dirasa tidak suka atau merasa terganggu jangan segan untuk mengatakan, bahkan kalau sudah merendahkan atau melecehkan jangan terlalu mentolerir. Dengan mewajarkannya sama saja kita memudahkan mereka menjadikan kita sebagai objek seksualnya.
Di panggil atau digoda mungkin pernah dialami bagi sebagian besar yang lumrah terjadi pada perempuan. Lebih dari itu, bahkan ada beberapa perempuan yang mengalami pelecehan seksual secara fisik maupun verbal yang berdampak pada psikis korban atau kejadian yang tidak diinginkan penerima (korban) yaitu perilaku Cat-Calling (sexual violence/sexual harassment), di mana sebagian besar korbannya adalah perempuan.
Perilaku Cat-Calling memang sudah membudaya di masyarakat Indonesia saat ini, bahkan di luar negeri-pun demikian. Kendati demikian, merubah pola pikir yang menjamur agar mengetahui akan bahaya Cat-Calling memang tidak mudah, namun perlu dilakukan agar meminimalisir adanya korban yang berdampak pada psikisnya.Â
Perlunya peran aktivis sosial dan seluruh komponen masyarakat harus menjadi pelopor dalam menghentikan perilaku Cat-Calling. Stereotip yang menjamur di masyarakat kita saat ini perlu di hilangkan atau paling tidak di minimalisir. Menumbangkan budaya patriarki adalah salah satu cara untuk berani melawan tindak kejahatan seksual. Dengan begitu, aksi ini akan mendobrak hal baru dan membangun konstruksi sosial yang mapan dengan menginspirasi orang lain untuk berani melawan tindak kejahatan seksual.
Penulis: Salam Rahmad
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H