Mohon tunggu...
Salam Rahmad
Salam Rahmad Mohon Tunggu... Jurnalis - brain food

be kind.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ubah Sampah Jadi Rupiah

11 Maret 2019   20:27 Diperbarui: 11 Maret 2019   23:11 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta -- Sampah mungkin bagi kebanyakan orang dianggap sebagai limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Namun, siapa sangka, dibalik sampah yang tidak berguna bagi kebanyakan orang, justru dianggap membawa berkah tersendiri bagi Algustina (48) yang merupakan pengrajin sampah plastik seperti bungkus kopi yang ia jadikan sebagai tas cantik nan ramah lingkungan ini.

Algustina sebagai pelaku sekaligus perintis usaha ini menyebutkan bahwa usaha yang ia geluti ini berawal dari ibu-ibu PKK di tempat ia tinggal.

"Berawal dari ibu-ibu PKK, dapat binaan dari Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur. Dari situ kita di bina diajarkan cara mendaur ulang sampah organik dan anorganik. Dari situ saya pelajari dengan tekun dan akhirnya saya bisa buka sanggar (di rumah) untuk ngajarin ke orang-orang berbagi ilmu yang saya punya buat bikin kerajinan tangan dari daur ulang," ujar Algustina saat di temui di kediamannya di Bambu Apus, Jakarta Timur, (Minggu, 10/03/2019).

Baginya, berbagi ilmu adalah sebuah kewajiban yang harus dipenuhi karena dengan begitu, ia merasakan kepuasan tersendiri bisa berbagi kepada orang lain ditambah program tersebut banyak menarik minat masyarakat yang ingin berkreativitas dalam mengolah sampah plastik.

Di samping itu, Algustina juga menyediakan bahan-bahan yang diperlukan dengan harga yang terjangkau sehingga bagi siapa saja yang mau belajar bisa langsung datang ke rumahnya. Untuk mendapatkan sampah bungkus kopi tersebut, Algustina sudah memiliki pemasok (pengepul).

Dari usahanya ini, Algustina mengaku merasakan betul keuntungan yang didapatnya. Menurutnya, kunci dari sebuah keberhasilan adalah ketekunan yang luar biasa dalam pengerjaannya sehingga hasil yang di dapat juga maksimal serta tekad yang kuat untuk berhasil dengan tidak malu hanya karena sebagai pengrajin daur ulang sampah. Di sisi lain, tidak hanya mendapat keuntungan materi yang di dapat, namun juga keuntungan lainnya.

"Menguntungkannya bisa dari banyak hal. Pertama, bisa mendukung program pemerintah untuk mengurangi sampah plastik. Kedua, keuntungan dari segi ekonomi, product dari sampah bisa kita jual untuk penambahan income keluarga. Ketiga, ilmunya bisa dibagi kepada siapa saja, terutama anak sekolah yang bisa belajar mendaur ulang sampah ke sini. Keuntungan lainnya itu kita bisa bersilaturahmi dan yang datang bisa dari mana saja datang ke sini," ujar Algustina.

Menjadi pengrajin daur ulang sampah bukanlah pekerjaan utama Algustina. Pekerjaan utamanya adalah ibu rumah tangga, karena bagaimanapun juga, keluarga-lah yang tetap ia prioritaskan. Dan pekerjaan seperti ini ia kerjakan pada waktu senggangnya.

Tas yang di jualnya pun beragam, tergantung jenis dan model yang telah di buatnya mulai dari tas ukuran kecil hingga yang besar.

"Harganya terjangkau, mulai dari Rp35.000,- sampai Rp200.000,- tergantung ukuran, motif, tingkat kesulitan dan aksesoris, karena yang mahalnya itu di aksesorisnya," ungkap Algustina.

Banyak pembeli yang merasa puas dengan hasil produk kerajinan tangan ini. Salah satunya adalah Fani yang berprofesi sebagai guru TK di Jakarta mengaku senang dan bangga dengan produk kerajinan tangan yang ramah lingkungan ini, "seneng, sih. Karena jadi beda dari yang lain, harganya cocok di kantong, sederhana tapi istimewa, gitu. Selain bagus, bentuk sama motifnya juga unik jadi suka banget buat di pakai pergi kemana-mana. Worth it dengan harga murah tapi kualitas gak di ragukan lagi," ujar Fani saat di jumpai di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Pengamat hukum lingkungan sekaligus dosen di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta, Muhammad Helmi Fakhrezi, SHI,SH,MH menilai bahwa kegiatan ini sangat membantu masyarakat dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru karena sifat bahan-bahannya yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Di samping itu, Helmi sangat mendukung kegiatan tersebut, menurutnya ini adalah gerakan positif untuk menekan laju pertumbuhan sampah plastik. Dengan memberikan reward kepada masyarakat yang membawa goodie bag saat berbelanja adalah salah satu cara agar masyarakat mau merubah perilakunya menjadi sadar akan bahaya penggunaan plastik.

"Regulasi harus lebih efektif dalam menyelesaikan problematika lingkungan dengan memberikan punishment bagi yang menggunakan plastik dan memberikan sosialisasi intens tentang go green bahwa kantong plastik itu berbahaya." Ujarnya saat di jumpai di UPN "Veteran" Jakarta.

Tak dapat dipungkiri, kegiatan tersebut tentu harus didukung oleh pemerintah agar sinergitas kedua unsur dapat menghasilkan output maksimal.

"Sampaikan aspirasi kepada lembaga/dewan perwakilan rakyat karena dia sebagai delegasi rakyat," pungkas Helmi.

Kendati demikian, pemerintah seharusnya bisa berkontribusi langsung dalam pemberdayaan daur ulang sampah plastik. Dengan pemerintah memberikan perhatian khusus akan keberadaan tas kerajinan tangan ini bisa terus berinovasi menginspirasi orang lain dengan maksimal sehingga masyarakat bisa memperoleh output yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Bantuan yang paling diinginkan adalah tempat sanggar. Karena kediaman Algustina mengajar tempatnya terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melangsungkan proses pembelajaran daur ulang sampah plastik tersebut.

Penulis: Salam Rahmad

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun