Mohon tunggu...
Salam Rahmad
Salam Rahmad Mohon Tunggu... Jurnalis - brain food

be kind.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ubah Sampah Jadi Rupiah

11 Maret 2019   20:27 Diperbarui: 11 Maret 2019   23:11 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengamat hukum lingkungan sekaligus dosen di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta, Muhammad Helmi Fakhrezi, SHI,SH,MH menilai bahwa kegiatan ini sangat membantu masyarakat dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru karena sifat bahan-bahannya yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Di samping itu, Helmi sangat mendukung kegiatan tersebut, menurutnya ini adalah gerakan positif untuk menekan laju pertumbuhan sampah plastik. Dengan memberikan reward kepada masyarakat yang membawa goodie bag saat berbelanja adalah salah satu cara agar masyarakat mau merubah perilakunya menjadi sadar akan bahaya penggunaan plastik.

"Regulasi harus lebih efektif dalam menyelesaikan problematika lingkungan dengan memberikan punishment bagi yang menggunakan plastik dan memberikan sosialisasi intens tentang go green bahwa kantong plastik itu berbahaya." Ujarnya saat di jumpai di UPN "Veteran" Jakarta.

Tak dapat dipungkiri, kegiatan tersebut tentu harus didukung oleh pemerintah agar sinergitas kedua unsur dapat menghasilkan output maksimal.

"Sampaikan aspirasi kepada lembaga/dewan perwakilan rakyat karena dia sebagai delegasi rakyat," pungkas Helmi.

Kendati demikian, pemerintah seharusnya bisa berkontribusi langsung dalam pemberdayaan daur ulang sampah plastik. Dengan pemerintah memberikan perhatian khusus akan keberadaan tas kerajinan tangan ini bisa terus berinovasi menginspirasi orang lain dengan maksimal sehingga masyarakat bisa memperoleh output yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Bantuan yang paling diinginkan adalah tempat sanggar. Karena kediaman Algustina mengajar tempatnya terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melangsungkan proses pembelajaran daur ulang sampah plastik tersebut.

Penulis: Salam Rahmad

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun