Mohon tunggu...
Salahuddin Idris
Salahuddin Idris Mohon Tunggu... Guru - Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 1 Group Bima-3

Teknik Informatika Bina Sarana Informatika (BSI) Jakarta 1995

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kidung Rindu Seorang Guru

25 November 2020   11:08 Diperbarui: 25 November 2020   12:30 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KIDUNG RINDU SEORANG GURU

Karya :  Salahuddin Idris

Temaram lampu membias di bilik berandaku.

Sosok muda pemantik asa tergopoh datang dan berkata, “selayaknya anda coba”

Ada isyarat anggukan saat kulirik perempuanku dan semata wayang belahan jiwaku.

Selepas Isya kutelisik makna pemantik dan anggukan itu.

Sampai larut kurengkuh gawai dan memulai. Oh, aku tergoda... Ia merayu, menebar pesona.

Jemariku menari untuk CV, Essay, TBS berlanjut Simulasi, Wawancara, LMS.??? 

Ooh... Tantangan ini  menyolek naik turun adrenalinku, laksana cadasnya tanah kediaman leluhurku Sape Mbojo Bima Tentang mengayuh perahu mengarungi riak gelombang Gilibanta selat Sape dan Pulau komodo. Tentang bocah joki bergelantungan di leher kuda Bima jokiannya yang hampir terpental jatuh 

namun dia berhasil mencapai garis finis di arena pacuan kuda tradisional Bima.

 

Seorang bijak bestari Ki Hajar Dewantara cukup menginspirasi dan mempesonaiku.

Ajaran keteladanannya menuntun kodrat anak bangsa di depan di tengah di belakang.

Laksana petani. Semai bibit, olah tanah, rawat, siram, pupuk, tepis hama tanaman, hingga panen melimpah kebaikan.

Pendidikan yang memanusiakan manusia layaknya manusia. Mandiri, dewasa, merdeka belajar berpusat pada siswa siswa siswa... Mewujud pelajar Pancasila

Fondasi Pendidikan sekokoh batu karang bagi bersemayamnya benih-benih kebudayaan, menjemput peradaban oleh peran guru dengan kelimpahan kebaikan mentalitas, moralitas spiritualitas berkualitas.

Penuh damai, toleran atas rahmat Allah Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa Penguasa alam semesta.

 

Seketika Kidung Rindu Seorang Guru membuncah pada tingkah canda tawa anak muridnya. 

Sekian lama tidak bersua karena cobaan wabah pandemi

Tentang khidmat mengheningkan cipta saat upacara bendera,

Tentang kegaduhan kelas di pagi hari saat serunya mengerjakan PR sebelum jam pertama, 

tentang kegelisahammu saat pelajaran jam terakhir

Tentang curahan hatimu di majalah dinding, tentang manjamu menjulurkan kepala saat gurumu izin mencukur dan merapikan rambutmu.

 

Melewati titian hari bersamamu laksana merangkai bait-bait syair pujangga. Namun aku bukan seorang pujangga.

Aku seorang guru yang merasa senang menjadi seorang guru yang pantas dikenang dan diteladani oleh anak muridku

Laksana lantunan kidung masa kecilku : 

“Terpujilah wahai engkau Bapak ibu Guru, namamu akan selalu hidup didalam sanubariku .”

 

*****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun