Pekan Madrasah dalam rangka Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama Republik Indonesia ke-79 ternyata membawa berkah. Â Rangkaian kegiatan untuk jenjang Madrasah Ibtidaiyah dari awal hingga akhir dipusatkan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Al Irsyad Al Islamiyyah Kota Banjarmasin. Berlangsung selama 3 hari, Â dari tanggal 9 sampai 11 Desember 2024.
MIS Al Irsyad Al Islamiyyah Banjarmasin ternyata banyak menyimpan cerita. Di madrasah inil tokoh nasional yang pernah menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Â pernah tercatat sebagai Peserta Didik. Artinya beliau adalah alumni madrasah ini. Masih banyak lagi cerita lain yang selama ini kita tidak pernah tahu, Â karena memang tidak pernah dipublikasikan.
Kesempatan baik ternyata terbuka lebar, ketika Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah atau KKMI Kota Banjarmasin memilih madrasah ini menjadi tempat kegiatan Pekan Madrasah, di sinilah selanjutnya para guru madrasah dan juga pihak penyelenggara pendidikan madrasah di lingkungan Kementerian Agama Kota Banjarmasin dapat bertemu dan saling bertukar cerita tentang madrasah Kota Seribu Sungai. Cerita yang memuat fakta dalam lintas sejarah yang tak boleh dilupakan. Di kesempatan ini ada Ustadz Abdullah Said Thalib dan Ustadz Shaleh Ali Said, keduanya  Pimpinan Al Irsyad Al Islamiyyah Kota Banjarmasin yang punya data tentang sejarah madrasah ini. Â
Berikut ini kami sampaikan tulisan beliau yang nanti akan menjadi data penting dalam penulisan buku Jejak Sejarah Madrasah Kota Seribu Sungai.
SEJARAH BERDIRINYA SEKOLAH ARAB ( ARABISCHE SCHOOL ) DI BANJARMASIN.
Tokoh Pembaharu Islam di Banjarmasin itu bernama Syech Thalib  bin Mar'ie bin Thalib,  orang tua dari  MUHAMMAD BIN THALIB DAN MAR'IE BIN THALIB, yang sekarang rumahnya di jalan S. Parman Banjarmasin.
Sekolah ini pertama kali dibangun pada tahun 1911, oleh Syech THALIB bin MAR'IE bin THALIB, beliau datang dari Hadralmaut, Yaman, pada tahun 1892 Â ke Banjarmasin. Beliau seorang saudagar pada waktu itu, tapi meski demikian ia adalah seorang Alim yang telah terpengaruh oleh atmosfir gerakan pembaharuan Islam yang sudah berkembang di jazirah Arabia, terutama Mesir.
Di Banjarmasin dahulu saat menjadi saudagar, ia diberi gelar oleh masyarakat saat itu dengan sebutan Thalib Agung, hal itu karena ia dikenal mulanya sebagai seorang pedagang.
Bersama sahabatnya Syech Bahreisy dan putra tertuanya Muhammad bin Thalib, pada tahun 1911 itu di kota Banjarmasin  Syech Thalib memelopori berdirinya MADRASAH ISLAM yang kemudian dinamainya Arabische School. Letak Sekolah berada di kampung Bugis sekarang jalan Sulawesi.
Pada tahun 1914, sekolah itu mengundang Syech Ibrahim al- Mulla, seorang ulama Mekkah yang pada waktu itu merupakan buronan Syarif Husin ( penguasa Mekkah ), ia kemudian didapuk menjadi pemimpin sekolah Arabische School. Setelah itu menyusul Syech Mahmud yang juga menjadi pengajar di sekolah ini.