Terkait masalah sampah, penulis lansir dari cermati.com, ada beberapa cara untuk mengatasi atau paling minimal mengurangi efek dari sampah plastik.Â
Yaitu, membawa tas belanja kemana- mana (totebag, ecobag), membawa kotak makan sendiri, menghindari penggunaan tisu basah, menggunakan produk yang dikemas dengan kaca atau karton, membawa Tumbler sendiri, tidak menggunakan sedotan plastik: bisa gunakan sedotan bambu, stainless, dan sebagainya yang tidak sekali pakai.
Selain hal di atas, sampah plastik dapat dikelola dan bermanfaat dengan mendaur ulang Sampah plastik menjadi  kursi, meja, pot, tembok (ecobrick), atau hiasan- hiasan yang terbuat dari plastik.
Selanjutnya, bagaimana mengatasi problematika lahan gambut, tidak lain bergandengan tangan dengan pemangku kebijakan untuk memberikan pengawasan ketat atas lahan gambut. Memberikan sanksi yang tegas bagi individu atau pun korporasi yang melakukan pembukaan lahan gambut dengan membakar lahan gambut.Â
Melakukan reboisasi terhadap lahan gambut yang sudah terdegradasi, agar kembali menjadi lahan hijau. Kampanye dan sosialisasi untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya lahan gambut.
Kemudian, kaitanya dengan problematika perubahan iklim. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah tidak membakar sampah plastik yang bisa menyumbang karbon pada gas rumah kaca. Mengurangi bahkan tidak menggunakan alat- alat (AC, Kulkas, dsb) yang menghasilkan gas penguat efek gas rumah kaca. Beralih kepada penggunaan energi yang ramah lingkungan.Â
Tidak menyisakan makananan, karena sisa makanan menghasilkan gas metan yang  menyongkong efek gas rumah kaca. Demikian benar dalil agama yang mengajak untuk tidak melakukan pemborosan atau pembubaziran. Â
"innal mubazzirina kaanuu ikhwaan asysyayathiin wakaana asysyaithonu lirobbihi kafuuran...." Al- Isra ayat  27. Artinya, sesungguhnya pemboros- pemboros itu adalah saudaranya syaithan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.Â
Pertanyaan, bahagiakah kita menjadi saudara- saudaranya syaithan? Â tentu tidak. Untuk itu mari untuk tidak melakukan pemborosan, tidak menyisakan nikmat makanan yang sudah dianugerahkan kepada kita.
Hal penting untuk dilakukan yaitu menanam pepohonan di lingkungan sekitar untuk menekan  emisi. Bukankah, pepohonan bisa menyerap karbondioksida dan memproduksi oksigen. Suasana segar dan asri pun tercipta di lingkungan. Dalil agama juga menunjukkan bagaimana apapun hasil dari apa yang sudah ditanam, jika dimakan oleh hewan, manusia, dan lain- lain, menjadi sedekah bagi yang menanam.
"Tidaklah seorang muslim menanam pohon atau menanam tetumbuhan. Kemudian burung, manusia, dan hewan ternak memakan buah- buahan dari pohon yang ditanam, kecuali hal tersebut terhitung sedekah baginya." HR. Imam Bukhari.