Mohon tunggu...
Salim Rahmatullah
Salim Rahmatullah Mohon Tunggu... Freelancer - Scholarship Hunter

Scholarship Hunter I Soc-Environment Campaigner I HIMMAH NW I Blogger I Traveller and so on.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Satu Hari yang Apes Bagi Kareem

21 Desember 2015   15:25 Diperbarui: 21 Desember 2015   15:32 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Foto :guangming-school.com"][/caption]

Kareem masih meliuk-liuk di hadapan cermin kamarnya pagi itu, beberapa kali tangannya menyisir rambut ikal miliknya. Jas pinjaman dari teman asrama tampak serasi melekat di badannya. Apalagi sepatu orang-orang kantoran menambah daya magis kewibawaannya, meskipun hasil pinjaman juga. Sungguh tak seperti biasanya, ada apa dengan kareem?

Lomba baca berita bahasa arab di salah satu Universitas terkenal di Jakarta adalah jawabannya. Kareem sebagai utusan kampusnya hari ini pergi berlomba, sebelumnya sebagai jawara kampus dalam baca berita bahasa arab, kali ini ia akan mencoba uji nyali, uji kehebatan, uji segalanya di Kampus tetangga.

Sekitar 10 orang dengan komposisi peserta lomba yang beraneka ragam dan supporter berangkatlah kareem menggunakan bus transjakarta, bagi Kareem pagi itu akan sangat menyulitkan dan menjengkelkan, pasalnya ia akan berjibaku dengan fenomena transportasi kota untuk sampai ke tempat tujuan. Penduduk kota yang padat ditambah aneka mobil dan motor dengan tuntutan aktifitas tinggi juga. Beuhh,,,,,pikiran kareem sudah dihantui dengan berdiri dalam busway yang sesak dengan kemacetan, sekalipun busway punya jalur sendiri, tapi masih saja ada yang ikut numpang sehingga mengganggu perjalanan busway.

Lalu,benar saja, busway yang sesak, kareem sampai harus bergaya miring untuk mendapatkan tempat bersandar mengaitkan tangannya. Benar-benar sesak. Beberapa kali, ia hanya meringis dalam bathin “duhh parah banget nih”. Tapi mau gak mau, hanya itu transportasi murah dan cepat ke tempat tujuan.

Walhasil, setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih, sampailah kareem dengan peserta yang lain. Bagi kareem keluar dari kondisi busway yang seperti itu sangat melegakan. Begitu juga yang lainnya, masih terlihat jelas rona wajah mereka yang menggambarkan sesak dan kejengkelan.

Keringat masih menempel di wajah kareem, namun hal itu tak membuatnya berhenti untuk sekedar merapikan diri, ia bergegas masuk menuju kampus tempat acara berlangsung. Lalu-lalang mahasiswa sana –sini menyodorkan pemandangan tak biasa bagi kareem, karena ia terbiasa dengan kampus mini dengan mahasiswa dengan volume kecil juga.

Sampai di ruang acara, Kareem segera registrasi ulang, ia ditemani adik kelas sebut saja namanya “Ifeh” yang juga satu lomba dengannya. Setelah mendaftar ulang mereka langsung masuk ke tempat acara,menunggu sampai acara dimulai.
Ruangan itu tampak berwarna dengan berbagai almamater kampus-kampus seputaran JABODETABEK bahkan ada yang dari jawa timur sana. “wah,,,, ini saatnya berkompetisi” ucap kareem dalam hati. Satu persatu para peserta unjuk gigi, ada yang lupa teks, grogi, ada juga yang keren, ada yang biasa juga. Sampai akhirnya waktu untuk Kareem sampai.

Berlagak sok wibawa dan percaya diri, Kareem maju menunjukkan diri. Detik-detik awal Kareem membaca dengan baik dan bagus, sampai-sampai para supporter angkat jempol. Namun, entah apa yang menyebabkan resonansi ataupun ritme pembacaan kareem berubah. Ia merasakan ada yang mengalirkan listrik ke badannya, sehingga ia membaca terbata-bata bahkan hampir lupa. Ia sempat meminta maaf dan blank, lalu mengambil tindakan menerobos tiang batas kaidah-kaidah pembacaannya.

Sampai pada puncaknya, ia harus menahan malu sebegitu besarnya, saat ia merubah namanya menjadi salam. “ana kareem Rahmatullahiwabarakatuh” ups,,,,nama lengkap kareem memang Kareem Rahmatullah, tapi itu terbawa ke dalam pembacaannya. Penampilan Kareem usai, beberapa gelak tawa beresonansi di lubang telinganya, hingga membuat mukanya merah karena malu.
Kejadian itu nampaknya membuat kareem malu berat, penampilannya tak mendukung kehebatannya merangkai kata, ataupun menghapal teks beritanya. Ia segera meninggalkan tempat acara setelah penampilannya itu.

Kali ini ia pulang dengan beberapa peserta dan supporter, kejadian tadi masih membayanginya, hingga pikirannya terus melayang, meskipun beberapa pertanyaan menghibur dicecar kepadanya, tetapi seperti tak berpengaruh, senyumnya terus merekah sementara pikirannya memasang baliho cemberut.

Turun dari busway, kareem masih harus menaiki koantas bima menuju fatmawati, para peserta lain dan para supporter juga sudah turun di tempat lain. Tinggallah kareem sendiri, menaiki koantas bima masih dengan pikiran melayang, seakan-akan menyesal, pikirannya terus berceloteh kesana-kemari.

Sampainya ia tidak sadar bahwa ia telah sampai di perempatan fatmawati, ia segera bergegas mau turun, si kenek cewek tampak terus berorasi, upss…berteriak maksudnya. Si kenek cewek terus berteriak menarik penumpang, sementara Kareem mau turun dengan segera, tetapi Koantas Bima masih saja terus berjalan pelan, hingga Kareem memaksa turun dengan kaki kanan sebagai tumpuan, akibatnya plakkk,,,,seandainya kareem adalah wajan mungkin bunyinya plantang plinting…kareem terjatuh. Eh, sudah jatuh disoraki si kenek cewek lagi, marah-marah juga. “ makanya kalau turun kaki kiri dulu, jangan pakai kaki kanan” keras si kenek. “wah, nih kenek bukannya membantu atau prihatin, malah marah-marah lagi” kesal kareem membathin.

Bertambah lagi ringisan Kareem, beberapa jarinya tergores tersentuh aspal, beruntung tak sampai parah, tapi kejadian tadi cukup menjengkelkannya. Pikirannya kembali melayang, belum usai masalah lomba membayanginya di tambah lagi dengan kejadian kecil tadi.

Kemudian, Kareem terus melangkahkan kaki menuju kampus di jalan lebak bulus II, sayangnya, seperti ada sesuatu yang tidak enak di kakinya, sepatunya mendadak serasa ingin copot, wah-wah pikirannya tidak enak membayanginya.

Benar saja, tepat di depan Indomaret fatmawati, sepatu pinjaman itu akhirnya copot. Waduh, padahal sebentar lagi kareem akan sampai di kampusnya.

Kareem pun melangkah pelan memasuki Indomaret, jari kakinya menjulur keluar, beruntung orang-orang tidak memperhatikannya, sehingga ia bisa bernafas lega. Meskipun, itu uang terakhir bulan ini, ia akhirnya terpaksa menggunakannya, sebuah sandal Indomaret dengan harga melejit diboyong menuju kampus.

Wah, lengkap sudah penderitaan Kareem. Lomba yang tidak sesuai ekspektasi, jatuh dari angkot, sepatu pun rusak. Sungguh hari yang sial. Kareem,,,,Kareem,,,Karee,,,.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun